Lihat ke Halaman Asli

Dian S. Hendroyono

TERVERIFIKASI

Life is a turning wheel

Mengapa Cuaca Dingin Membuat Kita Ingin Rebahan?

Diperbarui: 12 Desember 2021   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca dingin membuat kita ingin lebih banyak tidur. (Sumber: Xiangying Xu/Pixabay)

Musim hujan sudah dimulai dan akibatnya, cuaca pun mendingin. Siang hari lebih gelap dibanding biasanya. Matahari lebih suka berlindung di balik awan.

Efeknya tidak hanya membuat cuaca menjadi lebih sejuk dibanding saat kemarau, namun juga memengaruhi tubuh kita. Semakin dingin cuaca, semakin ingin kita rebahan, meringkuk di tempat tidur, sembari selancar internet. Nyaman, bukan?

Bahkan, kucing saya yang biasanya ributnya bukan main, saat musim hujan mulai, jadi lebih banyak tidur. Dia tidak mau repot-repot mengeong tak berkesudahan kelar makan. Kelopak matanya langsung berat dan sejenak setelah makan, dia tidur hingga saat makan berikutnya.

Beruang lebih ekstrim. Dia adalah salah satu mamalia yang memanfaatkan istilah hibernasi, alias tidur panjang, secara maksimal. 

Begitu musim dingin mulai, terutama di negara-negara yang punya musim itu, si beruang akan langsung tidur dan baru keluar dari gua saat musim semi.

Menurut Mammal Anatomy: An Illustrated Guide, saat hibernasi, metabolisme beruang melambat, temperatur tubuhnya turun, dan detak jantung juga melambat dari angka normal 55 kali per menit menjadi hanya sembilan kali.

Beruang bisa melewati hibernasi tanpa makan, minum, buang air kecil, dan buang air besar.

Namun, tentu saja, sebagai manusia, kita tidak mungkin rebahan terus menerus. Kita bukan beruang. Kita butuh makan, harus bekerja juga walau WFH.

Tapi, kenapa ya ketika cuaca mendingin keinginan kita untuk tidur meningkat? Itu adalah hasil kerja hormon. Sebagai substansi yang dihasilkan di dalam tubuh, hormon tidak perlu dalam jumlah banyak untuk memengaruhi kerja tubuh manusia.

Dulu, ketika saya menjalani mata kuliah fisiologi manusia, dosen saya menjelaskan bahwa keberadaan hormon di dalam tubuh itu layaknya melarutkan satu sendok teh garam ke air di dalam kolam renang ukuran olimpik. Jumlahnya sangat, sangat sedikit, tapi efeknya bukan main. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline