Mungkin karena faktor genetik, wajah saya tidak pernah sepi dari jerawat. Wajah saya tipe berminyak, tapi ada yang mengatakan tipe kombinasi berminyak dan kering.
Minyak yang ada di wajah saya bukan main. Mirip seperti cadangan minyak di Arab sana. Karena itu, yang namanya jerawat tak pernah sepi. Akan tetapi, ada yang mengatakan itulah yang membuat saya jadi terlihat awet muda. Entahlah.
Sekarang, jerawat sedikit berkurang. Muncul hanya gara-gara saya menyantap keju. Saya suka sekali keju. Tak butuh waktu lama untuk jerawat muncul setelah saya makan keju.
Beberapa kali saya mengalami kemunculan jerawat dalam jumlah banyak. Biasanya di kedua pipi. Saya menganggap semua jerawat itu sedang mengadakan konferensi.
Saya hanya bisa pasrah, menanti konferensi kelar sembari mengoleskan apa saja yang bisa disebut sebagai obat jerawat.
Saya benar-benar menemukan obat jerawat tahun lalu, ketika lockdown gara-gara pandemi Covid-19 dimulai.
Ketika itu, saya dan mama sedang mengungsi sementara di sebuah apartemen di daerah Pramuka, Jakarta Pusat. Kami lakukan itu kelar banjir besar Februari 2020. Tak dinyana, lantas ada yang namanya pandemi. Menginap di apartemen pun berlanjut hingga 4 bulan.
Ketika itu, memakai masker mulai diwajibkan. Saya harus keluar setiap hari untuk mencari penganan untuk makan selama 1 hari.
Masker tak pernah lupa. Nah, rupanya itu membuat wajah saya, terutama dagu, jadi padat sekali diisi oleh jerawat. Ah, rupanya mereka mengadakan konferensi lagi.
Saya muat saja keluh kesah soal jerawat di dagu di media sosial. Menanti barangkali ada yang bisa memberi solusi bagaimana membubarkan konferensi jerawat.