Okay, topik pilihan soal Pelawak Favorit dilontarkan pada 3 Oktober lalu, namun percaya atau tidak, saya baru membacanya semalam. Maafkan. Makanya saya heran juga ketika muncul banyak tulisan soal pelawak di Kompasiana. Ternyata itu menjadi Topik Pilihan.
Saya mau ikutan. Saya punya pelawak favorit. Namanya Kasino, teman dari Dono dan Indro, di mana ketiganya menjadi bagian dari Warkop DKI. DKI itu singkatan dari Dono-Kasino-Indro, plesetan dari Daerah Khusus Ibukota.
Dulu, kami pernah punya kaset lawakan mereka. Salah satu yang saya ingat adalah siksaan di neraka. Saya tidak ingat siapa yang bercerita, namun salah satu dari DKI menceritakan soal bagaimana ia memilih siksaan di neraka untuk dijalani.
Setelah menengok setiap kamar dan melewatinya, karena siksaannya bukan main seram, sampailah dia di satu kamar. Para penghuni neraka di tempat itu direndam di air tinja (maaf ya kalau jijik) hingga sebatas pundak. Jadi, kepala mereka masih ada di atas permukaan air.
Akhirnya siksaan itulah yang dipilih. Apa beratnya hanya berendam di air tinja sembari bisa bernapas dengan normal? Ternyata, ketika mereka masuk ke air, berbunyilah sebuah bel dan ada seseorang yang mengatakan: "Yak, waktu istirahat telah selesai. Sekarang silakan nyilem kembali!"
Walah, ternyata siksa neraka yang mereka pilih adalah berendam sepenuh badan di air tinja. Waktu istirahat diberikan dengan memunculkan kepala.
Saya tidak pernah melupakan lawakan siksa neraka itu.
Tapi, ada satu pelajaran yang saya terima dari Kasino, yaitu soal subak, sistem pengairan di Bali. Ketika masih SD, saya mengetahui soal subak tersebut, tapi tidak dijelaskan subak itu seperti apa.
Kasino, yang sering berperan sebagai orang Bali, suatu kali menjelaskan soal subak dalam salah satu acara lawak di televisi, puluhan tahun lalu. Kalau tidak salah, ia menjelaskannya kepada turis-turis. Kalau tidak salah lho ya. Saya benar-benar lupa saat itu Kasino berbicara kepada siapa. Yang saya ingat hanyalah penjelasannya soal subak.
Berbicara dengan logat Bali yang kental, Kasino menjelaskan bahwa pengairan di Bali menganut sistem kesetaraan. Semakin jauh sebuah lokasi dari sumber air, maka diameter pipa akan semakin besar. Kalau dekat dengan sumber air, maka dipakai pipa berdiameter normal. Sehingga, volume air yang diterima akan sama, baik itu yang berada di dekat sumber air maupun yang jauh.