Lihat ke Halaman Asli

Dian S. Hendroyono

TERVERIFIKASI

Life is a turning wheel

Sydney van Hooijdonk, Putra Pierre

Diperbarui: 6 Oktober 2021   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sydney van Hooijdonk pindah ke Bologna dengan gratis dari NAC Breda awal musim ini. (Sumber: Kickest Online)

Pada suatu masa, bermainlah seorang pemain sepak bola Belanda berdarah Maroko bernama Pierre van Hooijdonk. Karena ayah biologisnya, yang orang Maroko, meninggalkan ibunya sebelum Pierre lahir, maka tidak perlu ditanya lagi, Van Hooijdonk adalah nama gadis ibunya.

Lahir di Steenbergen, sebuah kota di provinsi North Brabant, Van Hooijdonk adalah penggemar berat NAC Breda, sebuah klub yang juga berada di provinsi itu.

Van Hooijdonk mengawali karier profesional bersama klub RBC Roosendaal pada 1989 hingga 1991. Kariernya bersama klub idolanya, NAC, dimulai pada 1991. Striker bertinggi 193 cm itu bermain hingga 1995, setelah tampil sebanyak 115 kali dan membuat 81 gol di Liga Belanda.

Setelah itu, Pierre mulai melanglang buana. Pria kelahiran 29 November 1969 itu lantas bermain di Celtic, Nottingham Forest, Benfica, dan Fenerbahce. Di sela-sela itu, Van Hooijdonk juga bermain untuk Vitesse Arnhem, kembali lagi ke NAC Breda, dan menutup karier di Feyenoord Rotterdam pada 2007. Bersama Feyenoord, Van Hooijdonk bermain dalam dua periode berbeda.

Sejak pensiun, nama Pierre van Hooijdonk perlahan surut. Akan tetapi, mulai musim ini, nama Van Hooijdonk muncul lagi. Sydney menjadi penerus nama Van Hooijdonk di dunia sepak bola.

Sydney van Hooijdonk, mulai musim ini, berlaga di klub Serie A Italia, Bologna. Pemain kelahiran 6 Februari 2000 itu menjajal tanah sepak bola yang sebelumnya tak pernah diinjak ayahnya. Sebagai pesepak bola, Van Hooijdonk senior tidak pernah membela klub Italia.

Sydney lahir di Breda, ketika sang ayah menjadi pemain Benfica di Portugal. Berbeda dengan Pierre yang tidak mendapatkan dukungan dari seorang ayah dalam kariernya, Sydney mendapat support seratus persen dari ayahnya.

Bapak dan anak Van Hooijdonk. (Sumber: Volkskrant Online)

Di rumahnya, Keluarga Van Hooijdonk memiliki sebuah kolam renang dan lapangan sepak bola dengan rumput artifisial. Semua untuk mendukung bakat sepak bola Sydney.

Ketika masih kecil, Pierre tidak memiliki semuanya, apalagi seorang ayah yang mendukung bakatnya. Untung saja, Pierre memiliki seorang ibu yang mengantarnya berlatih di kota Breda dari rumahnya saat Pierre berusia 11 hingga 14 tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline