Tahun ini memang lain dari biasanya. Mendadak tayangan olahraga di televisi menjadi riuh. Gara-gara Covid-19, kita bisa menyaksikan Piala Eropa pada tahun ganjil. Euro 2020 digelar satu tahun lebih lambat. Tak ada yang keberatan dengan penundaan itu, sebab memungkinkan liga-liga di Eropa, yang sebagian besar harus terhenti sementara, bisa diselesaikan.
Ketika Euro 2020 dimulai, gelaran tenis Grand Slam, Prancis Terbuka, belum selesai. Konsentrasi masih tertuju pada penantian final tunggal putra antara Novak Djokovic dan Stefanos Tsitsipas.
Pada 11 Juni yang lalu, Italia membuka Euro 2020 dengan laga melawan Turki di Stadio Olimpico, Roma. Italia menang mudah 3-0. Lalu, ada tiga pertandingan grup lainnya yang berlangsung pada 12 Juni lalu.
Akan tetapi, konsentrasi masih tetap pada Prancis Terbuka. Gaung Euro 2020 masih lamat-lamat. Apalagi ada juga Copa America 2021 di Brasil, yang dimulai pada 13 Juni hingga 10 Juli 2021.
Setelah Djokovic dipastikan menang atas Tsitsipas – bukan kejutan sebenarnya – maka perhatian sepenuhnya tertuju pada Euro 2020. Selama satu bulan turnamen tersebut berlangsung, dengan tuan rumah yang berpindah-pindah.
Kira-kira pada pertengahan gelaran Euro 2020, Grand Slam Wimbledon pun dimulai. Tepatnya pada 28 Juni. Ketika itu, Euro 2020 sudah memasuki babak 16 Besar, sedang seru-serunya.
Laga-laga di Wimbledon sedikit tercecer. Susahnya, jadwal main partai-partai utama Wimbledon kadang bersamaan dengan jadwal 16 Besar Euro 2020, yaitu sekitar pukul 10 malam. Pasti tidak pernah kelar menyaksikan satu pertandingan, karena laga di Euro segera mulai. Tentu saja, tayangan sepak bola mengalahkan segalanya.
Ada satu hal yang serupa pada dua turnamen tersebut: Stadion yang penuh penonton dan masker menjadi barang yang langka.
Ada kengerian tersendiri menyaksikan kedua hal tersebut. Lebih mengerikan lagi ketika final Wimbledon dan final Euro 2020 digelar di kota yang sama, London, pada hari yang sama, Minggu, dan pada tanggal yang sama, 11 Juli 2021, walau pada waktu yang berbeda. Untungnya. Bagusnya juga, tidak ada petenis Inggris yang berlaga di final Wimbledon. Yang ada adalah petenis Italia yang harus menghadapi Djokovic. Oh well, dalam waktu satu bulan, Djokovic tampil di dua final Grand Slam dan menjadi juara.
Kembali ke London. Entah apa yang ada di benak kepala polisi London saat itu. Mempersiapkan London agar aman dan damai untuk dua turnamen besar pada saat bersamaan.