Lihat ke Halaman Asli

Jangan Panggil Aku “Deng”

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak kemarin sampai tulisan ini diposting, banyak yang memanggil saya dengan panggilan Deng. Baik di kompasiana maupun di facebook, juga Twitter. Ini gara-gara kemarin saya menulis tentang perbedaan antara orang Bugis dengan Makassar, yang pada paragraf terkahir tertulis:

“Satu lagi, di Kompasiana terkadang saya dipanggil Daeng, yah no problem. Tapi untuk sekedar diketahui, kalau di kampung halaman saya yang dulu menjadi teritorial dua kerajaan Bugis, Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Panggilan untuk orang yang lebih tua itu Deng (tidak pake A)”

Tentu tak mengapa jika panggilan Deng itu keluar dari orang yang umurnya lebih muda dari saya. Namun faktanya lebih banyak yang memanggil Deng itu, om-om sama tante-tante.... wkwkwkwk.... Maafkan, kalau saya selalu merasa jauh lebih muda.

Lalu apakah saya marah? tentu tidak. Kondisi itu malah membuat saya menyadari satu hal, kalau di postingan yang kemarin ada yang terlupakan. Saya hanya menyampaikan panggilan untuk orang yang lebih tua, sementara panggilan bagi orang yang lebih muda entah tercecer di mana.

Dalam Bahasa Bugis sehari-hari, orang yang lebih muda itu dipanggil Ndi’. Sekilas mirip dengan Andi. Tapi nama saya tidak pakai Andi, karena itu gelar kebangsawanan, sementara saya hanya rakyat jelata. Jadi untuk om-om sama tante-tante, silahkan panggil saya dengan panggilan Ndi’ (Juga tidak pake A).

Salam

Ndi’ IRSYAM SYAM

.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline