Hanna, seorang anak perempuan yang cantik dan cerdas, masih berusia 11 tahun,suatu pagi dini hari mengikuti Ibunya shalat subuh berjamaah di sebuah Masjid yang tidak begitu jauh dari rumahnya.
Selesai shalat subuh, seperti biasanya sang Imam meberikan tausiah untuk para jamaahnya. Materi yang disampaikan waktu itu adalah tentang keutamaan, kekuatan memberi, sedekah, berbuat kebajikan terhadap orang lain. Inti tausiahnya adalah, memberi merupakan perbuatan yang dianjurkan dalam Alquran. Anjuran yang yang mendapat ganjaran dari Allah, yakni pahala dan syurga. Memberi tidak hanya bermanfaat untuk yang menerimanya, tetapi juga berbuah kebaikan bagi yang mengamalkannya. Memberi tidak terbatas pada materi, harta, tetapi cinta, kasih sayang, ilmu, tenaga dan waktu. Waktu yang diberikan juga kadang-kadang lebih berharga dibandingkan dengan materi yang diberikan.
Kemudian, mendengar ceramah sang Imam ini, Hanna tertarik sekali dan ingin menjadi bagian dari orang yang dapat melakukan amal kebajikan ini, tapi dia agak ragu, masih kecil, belum punya harta sendiri, dan belum punya ilmu. Hanna kemudian minta izin kepada Ibunya untuk berbicara langsung dengan sang Imam. Dengan izin dan dukungan Ibunya Hanna dengan berani menghadap sang Imam dan berkata, "terimakasih Pak telah menerima kami. Saya hana, seorang siswi, sebelas tahun, belum punya pekerjaan. Saya ingin memberi tapi belum punya uang, belum punya ilmu, bagaimanana caranya saya dapat memberi, membantu orang lain?" Tanya hana ingin tahu.
Sambil senyum ramah sang Imam menjawab; "terimakasih atas ketertarikan dan keinginan kamu untuk menolong orsng lain. Keinginan, niat itu saja sudah dihargai Allah sebagai memberi."
"Apa maksudnya Pak?" Tanya Hanan
"Kamu berpikir unruk memberi, untuk membantu orang lain saja berarti sudah dapat berkah dari Allah. Allah akan membuka banyak pintu kepadamu untuk memberi dan semakin banyak kamu memberi makan semakin banyak pula yang kamu akan dapatkan."
"Waah, ini hebat, tapi saya tidak hanya ingin sekedar berpikir. "Saya ingin benar-benar memberi dan membantu lebih banyak.Apa yang dapat saya lakukan?"
"Berikan waktu-mu," kata sang Imam
"Waktu? Maksud bapak apa?" "Bagaimana saya bisa memberikan waktu kepada orang lain?" Sanggah Hanna
"Banyak orang yang mengharapkan orang lain untuk mendengarnya, banyak orang lain yang kesepian ,dan ingin ada yang mwndampinginya. Kamu bisa ke rumah sakit, panti asuhan, penampungan orang-orang terlantar, usia lanjut yang tidak punya keluarga. Kalau kamu ke rumah sakit, banyak orang terbaring di sana sendiri yang membutuhkan teman, ingin didampingi, didengar keluhan-keluhanya, dan mungkin dibantu untuk menyuapinya, mengambilkan obatnya. Memberi kepada orang-orang seprti itu nilainya lebih besar daripada memberi uang," ungkap sang Imam
Tertarik dengan saran sang Imam, dalam perjalanan pulang Hanna mengajak Ibunya mampir ke sebuah rumah sakit. Sampai di rumah sakit, Hanna diantar oleh seorang perawat ke ruang perawatan pasien kanker. Hanna heran, banyak juga pasien kanker yang dirawat.