Lihat ke Halaman Asli

Irsyal Rusad

TERVERIFIKASI

Internist, FK UGM

Pasien Diabetes Melitus, Lain Reaksi Lain Pula Ceritanya

Diperbarui: 20 Juni 2020   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi penyakit diabetes. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Di suatu pagi, beberapa hari yang lalu, ada dua orang pasien dengan penyakit yang sama, yakni, diabetes melitus yang kontrol dan konsultasi dengan saya.

Pasien pertama, sebut saja Tuan A, usia 48 tahun, diketahui menderita diabetes sejak delapan tahun yang lalu, atau ketika usianya 40 tahun. Dalam beberapa bulan terakhir kontrol tiap bulan ke tempat saya praktek. 

Sebelumnya juga berobat ke rumah sakit dekat rumahnya dan punya riwayat sering berpindah-pindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Alasannya, gula darahnya tidak kunjung terkontrol dan keluhan-keluhan yang dirasakannya seperti lemas, kesemutan, rasa panas di jadi-jarinya tidak banyak berkurang.

Selintas pasien ini saya amati sedikit emosional, tidak tenang, seperti tertekan dengan penyakit yang dideritanya. Keluahannya pun banyak sekali mulai dari keluhan terkait gejala Diabetes yang disandangnya, yang juga sudah dengan komplikasi.

Sampai kepada waktu tunggu yang lama, harus antri waktu ambil obat, waktu menunggu hasil laboratorium yang memakan waktu, dan atiran BPJS yang bikin sulit.

Di rumah pun menurut penuturan istrinya, sang suami jadi sensitif, mudah tersinggung, marah, dan kelihatannya stress dokter, tidurpun sulit. Kalau sudah seperti itu biasanya dia tidur, makan tidak terkontrol dan tidak mau olahraga.

Dari pemeriksaan laboratorium, gula darah pasien memang belum terkontrol. Gula darah Puasa, 2 jam setelah makan masih agak tinggi, dan Hb A1C yang menggambarkan kadar gula darah rata-rata dalam tiga bulan terakhir masih jauh dari target. 

Profil lemak darah tidak normal, begitu juga fungsi ginjalnya sudah mulai menurun. Tekanan darah juga masih di atas target dan penampilan fisiknya juga tidak sehat, perutnya besar dan kalau diukur saya yakin lingkar perutnya jauh di atas normal.

Saya khawatir kalau gula darahnya tidak terkontrol juga, komplikasi-komplikasi lain akan menyusul dan akan tambah berat, cuci darah pun kemungkinan terpaksa dijalaninya.

Kalau saya tanya apakah Ia ada diet, olahraga, jawabannya pasti ada, tapi menurut cerita istrinya berbeda lagi. Pernah juga dijawab, saya kan sudah makan obat dokter, untuk apalagi saya harus diet diet, harus olahraga.

Pasien kedua, Ny BS, usia 55 tahun. Diketahui menderita diabetes pertama kali waktu berusia 45 tahun. Dalam beberapa bulan terakhir teratur kontrol di rumah sakit tempat saya praktek karena lebih dekat dengan rumah tempat tinggalnya sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline