Lihat ke Halaman Asli

Caleg Gila, Rakyat Siap Gila

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ambisi dapat menjadi senjata makan tuan. Ambisi dapat membunuh seseorang dari dalam dirinya sendiri. Banyak orang mempunyai ambisi, tetapi tidak dapat mengendalikannya.

Ambisi inilah yang dimiliki sebagian calon legislatif (caleg). Ambisi untuk mendapat tempat terhormat. Ambisi untuk menduduki jabatan penting di kelas sosial atas. Ambisi akan segala fasilitas mewah. Ambisi akan popularitas. Ambisi akan kekuasaan.

Semakin mendekati hari pemilihan, ambisi itu semakin besar. Berbagai cara dilakukan agar dapat menjaring suara sebanyak-banyaknya. Mereka mengerahkan waktu, tenaga, dan biaya. Mereka berusaha seperti orang gila. Seperti orang yang kerasukan ambisi, mereka pontang-panting ke sana ke mari. Mungkin seperti perkataan dalam sebuah film, ambisi itu ada 5 cm di depan mata mereka.

Saking ambisinya, para ulama didatangi. Kurang puas, dukun pun dimintai tolong. Massa dikerahkan. Kalau perlu, cara-cara lama diterapkan: bagi-bagi uang. Semuanya dilakukan demi ambisi yang tergantung 5 cm di depan mata mereka. Yang mereka lihat setiap saat, setiap hari.

Ketika hari pemilihan tiba, ambisi itu hampir mencapai klimaksnya. Mereka tidak sabar melihat tanda-tanda kemenangan. Ambisi yang tergantung 5 cm di depan mereka pun sudah tidak tampak. Mereka sudah merasa menang walau hasil pemungutan suara belum diketahui. Mereka yakin seyakin-yakinnya bahwa merekalah sang juara.

Faktanya, hasil perhitungan suara berkata lain. Tidak ada cukup suara untuk memenangkan mereka. Mereka terkejut bukan main. Usaha sudah maksimal. Semua hal sudah dipertaruhkan. Harta habis-habisan. Bahkan, banyak utang harus dilunasi. Harapan bagai melayang.

Segala pikiran tentang kemenangan menjadi buyar. Ambisi itu telah terjun bebas dan jatuh keras menghunjam alam bawah sadar mereka. Pikiran mereka blank, kosong.

Dalam kekosongan itu, mereka menari-nari, melompat-lompat, atau berorasi. Ada pula yang hanya duduk bergeming. Tanpa disadari mereka sudah berada dalam satu ruangan di sebuah rumah sakit. Sebagian diantarkan keluarga ke tempat-tempat terapi alternatif. Tidak ada lagi ambisi. Yang ada hanya kekosongan.

Sejak awal mereka memang sudah gila, bukan? Akan tetapi, kita jangan gede rasa dulu. Mereka gila bukan karena memikirkan nasib rakyat kecil. Tidak ada kasus caleg menjadi gila karena memikirkan nasib rakyat kecil. Mereka gila karena kegagalan ambisi personal.

Akan tetapi, kita masih memiliki harapan, bukan? Kita mempunyai harapan dari caleg-caleg terpilih. Yang selamat dari ruang-ruang khusus di rumah sakit atau tempat-tempat terapi kejiwaan. Kita berharap saja agar mereka pun menjadi gila. Gila karena memikirkan nasib rakyat kecil.

Kemudian, saatnya kita yang harus bersiap-siap. Kita harus bersiap gila mendapati janji-janji mereka yang hanya pepesan kosong. Kita harus siap-siap gila karena keadaan tidak bertambah baik, malah bertambah buruk. Mudah-mudahan kita memang siap menjadi gila.

2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline