Lihat ke Halaman Asli

Kiamat Itu Bernama Ujian Nasional

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

UN merupakan ujian pamungkas dari semua ujian di sekolah. Di beberapa negara, UN digunakan untuk menentukan penerimaan siswa di sekolah lanjutan. Dengan kata lain, para siswa di negara itu sudah dijamin lulus. Namun, di Indonesia UN masih digunakan sebagai syarat kelulusan.

Karena bersifat sebagai syarat kelulusan, banyak siswa merasa tertekan menghadapi UN. Mereka dihantui dua pilihan setelah UN, yaitu dinyatakan lulus atau tidak lulus. Sebagian siswa berhasil menghadapi UN dengan semangat tinggi. Sementara itu, sebagian siswa lain tidak demikian.

Pada 2013 seorang siswi kelas III SMP di Bojongsari, Depok, bunuh diri karena merasa takut tidak lulus UN. Remaja periang itu ditemukan tewas gantung diri di rumahnya. Beberapa hari sebelum ditemukan tewas, pihak keluarga curiga karena yang bersangkutan mengalami perubahan sikap. Dia cenderung pendiam, padahal sebelumnya selalu ceria.

Peristiwa serupa juga terjadi tahun lalu di Desa Muara Jambi, Jambi. Siswi sebuah SMKN tewas setelah menenggak racun serangga. Dia terpukul karena menjadi satu-satunya siswa tidak lulus di sekolah. Meskipun mendapat nilai UN terbaik di mata pelajaran Bahasa Indonesia, dia gagal di mata pelajaran lain.

Dua peristiwa tersebut hanya segelintir dari peristiwa-peristiwa serupa yang terjadi selama penyelenggaraan UN. Bagi mereka, UN benar-benar menjadi sebuah kiamat. Mereka seolah-olah hanya mempunyai dua pilihan, yaitu lulus atau mati.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini UN kembali diadakan. UN tingkat SMA sederajat telah dilangsungkan beberapa waktu lalu. Sementara itu, UN tingkat SMP sederajat akan dilaksanakan beberapa waktu ke depan. Kita berharap dua peristiwa di atas tidak terjadi lagi tahun ini juga tahun-tahun yang akan datang.

Gagal dalam UN bukanlah sebuah kiamat. Kecewa boleh saja, tetapi sebagai bangsa beradab dan beragama kita harus bangkit menghadapi kenyataan meskipun sulit. Membicarakan hal ini tentu lebih mudah bagi orang yang tidak benar-benar mengalami keterpurukan karena gagal dalam UN. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa banyak orang mengalami kegagalan sebelum meraih kesuksesan yang sebenarnya.

Semoga adik-adik yang sedang berjuang diberikan keteguhan dan ketabahan oleh Tuhan sehingga apa pun hasil yang diterima tetap dapat berlapang dada. Dinyatakan lulus belum menjamin masa depan si siswa akan cerah. Demikian juga, dinyatakan tidak lulus pun belum tentu memastikan masa depan si siswa akan suram.

2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline