Lihat ke Halaman Asli

Terima Kasih Menteri Nadiem Makarim

Diperbarui: 29 Oktober 2024   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terimakasih bapak Nadiem Makarim.
Irsan Roseno,S.S.M.Pd

Kepemimpinan Menteri Nadim Makarim sudah berakhir dengan bergantinya presiden Indonesia. Perihal ini wajar terjadi di negara demokrasi Ketika berganti presiden maka kabinet pemerintahan akan mengalami perombakan di beberapa bidang.

Terlepas dari segala perdebatan politik dan kontroversi kurikulum merdeka. Sebagai seorang guru muda, saya katakan kurikulum terbaik adalah kurikulum merdeka. Administrasi guru paling sederhana sebab guru tidak lagi mencetak tumpukan kertas administrasi hasil kopi paste internet. 

Penilaian kenaikan pangkat berjalan secara lebih objektif sebab penilaian berjalan secara online melalui PMM sehingga meminimalisir unsur subjektifitas. Walaupun diakui unsur subjektifias tidak bisa hilang sepenuhnya sebab masih ada penilaian rekan sejawat di lingkup satu sekolah.

Adanya Seleksi Calon Guru Penggerak sebagai dasar calon kepala sekolah berjalan lebih objektif dan memberikan peluang sama bagi semua guru khususnya kami guru muda. Proses seleksi dilakukan kolaboratif antara kementrian dan pakar Pendidikan dari kalangan akademisi. 

Seleksi tidak lagi berjalan seperti dulu rekomendasi diberikan urut dari mereka yang paling tua.


Jika ada yang berpendapat bahwa "PMM tidak menggambarkan sedikitpun kompetensi guru" memang benar demikian. Tapi saya sebagai guru muda berani mengatakan bahwa "PMM sangat membantu meningkatkan pengetahuan dan kompetensi guru secara mandiri". 

Walaupun masih belum sempurna dan perlu penyempurnaan. Sisi kelemahan PMM tidak mampu mengawasi secara langsung di lapangan Guru yang benar melaksanakan aksi nyata atau hanya menumpang foto dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.

Namun pelatihan peningkatan kompetensi menggunakan PMM adalah yang terbaik saat ini. Guru bisa belajar secara mandiri di sela jam kosong atau di rumah tanpa meninggalkan jam pelajaran. 

Tidak seperti dahulu, setiap kali pelatihan guru harus meninggalkan sekolah karena kegiatan peningkatan kompetensi guru sering dilkasanakan di hotel dan berlangsung selama berhari-hari. 

Pelatihan dengan jumlah orang yang banyak juga dirasa kurang efektif. Di sisi lain, pelatihan model mengumpulkan guru sudah pasti memerlukan anggaran yang tidak sedikit di setiap daerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline