Lihat ke Halaman Asli

Pesan Positif untuk Mas Mentri dari CGP

Diperbarui: 10 Maret 2024   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jadikan Guru Penggerak Kopasus dalam Pendidikan berkelanjutan atau Amunisi/Peluru Tajam  setiap program pemerintah guna mengenai sasaran di level bawah.

Sebaiknya pendidikan Guru penggerak tidak hanya selesai setelah dinyatakan lulus atau setelah mendapat sertivikat. Program berkelanjutan dari pemerintah terhadap lulusan CGP atau para Guru Penggerak harus kembali dikembangkan. Misalnya dalam hal paling sepele, sebulan sekali dikumpulkan untuk berdikusi dalam tema tertentu atau pelatihan program baru dari pemerintah kepada Guru Penggerak. Jadikan CGP peluru/ Amunisi tajam dari pemerintah guna mengenai sasaran level bawah yang di tuju.

Seleksi dan pelatihan guru penggerak tidak mudah, GP sebagai agen perubahan harus selalu diupdate. Jadikan Guru Penggerak sebagai Pasukan Khusus untuk melaksanakan program pengimbasan terhadap guru dan sekolah di level bawah. Secara bertahap tapi pasti Guru Penggerak diarahkan dengan sistematis agar ditempatkan menjadi kepala sekolah. Perubahan akan lebih bermakna dan lebih masif terjadi apabila Guru Penggerak menjadi pemimpin. Seperti kata Prof. Mahfud MD, "Jadilah seorang pemimpin agar kamu bisa memberikan perubahan yang berarti".

Guru Penggerak harus diarahkan secara sistematis menjadi Kepala Sekolah. Banyak para Guru Penggerak di daerah masih dipandang underestimate oleh lingkungan kerjanya. Sehingga para Guru Penggerak tidak bisa berbuat banyak untuk bergerak memberikan perubahan berarti.

Tidak semua bagian dari sekolah setuju adanya program CGP. Banyak berbagai alasan serangan ditujukan atau dihantamkan kepada para Calon Guru Penggerak. Misalnya program CGP mengganggu jam belajar sekolah sehingga proses belajar during harus digeser malam hari. Para Guru penggerak dianggap pesaing berat dalam karir di sekolah. Akhirnya terkadang kolaborasi tidak berjalan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline