Globalisasi dan perkembangan teknologi (IPTEK) membuat banyak perubahan dan pergerakan di hampir semua bidang kehidupan manusia.
Dapat digambarkan apabila anda adalah salah-satu dari sekian banyak mereka yang berjuang hari-hari ini di dalam ruang kelas layaknya seorang pengajar baik sebagai guru ataupun sebagai dosen.
Jika anda termasuk dari mereka yang adalah para pengajar, maka mungkin anda juga mengalami keadaan dimana ilmu yang anda ajarkan seperinya tidak sejalan dengan perilaku yang tergambar oleh kehidupan para anak didik anda.
Dibandingkan dengan masa lalu pengetahuan begitu sulit untuk didapatkan dan guru begitu susah untuk dihadirkan namun pendidikan dan perjuangan untuk memperoleh pengetahuan itu sangat terasa. Hal ini terlihat dari peradaban masyarakat yang menjunjung nilai-nilai kehidupan dan keharmonisan dalam hidup bersama sebagai suatu bangsa.
Pendidikan dan kejahteraan masyarakat adalah dua hal yang sangat penting bagi suatu negara. Secara sadar kita tahu bahwa kualitas pendidikan kita tergolong masih rendah dan belum dirasakan dengan merata oleh kelompok-kelompok lainnya. Ada yang mendapatkan pendidikan dengan lengkap dan baik, namun ada juga yang bahkan untuk satu hari saja masih berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Siapakah yang bertanggungjawab atas hal ini? Tentu ini adalah tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, guru, sisiwa/i maupun masyarakat secara umum. Semua mempunyai peran masing-masing dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan di bangsa kita. Mengapa begitu penting untuk kita mejaganya? Karena pendidikan adalah jati diri bangsa kita.
Jika semua pihak menyadari akan adanya tanggungjawab secara bersama-sama ini, maka mungkin saja kita dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan pendidikan ini.
Nyatanya "hal yang menjadi tanggungjawab bersama ini lebih sulit untuk diwujudkan, sebaliknya jika hal tersebut adalah tanggungjawab pribadi akan terasa lebih mudah untuk diwujudkan".
Walaupun secara umum peryataan diatas tidaklah selalu benar. Namun kita dapat melihat contohnya dalam perlombaan Asian Games atau, Thomas Cup dan perlombaan-perlombaan besar lainnya.
Kita cenderung menjadi juara pada bidang-bidang perlombaan yang sifatnya non team atau individu (seperti catur, bulu tangkis, silat, lari dll) namun pada bagian lain kita cenderung lemah dan sering gagal dalam perlombaan atau pertandingan yang melibatkan team (seperti sepak bola, bola voli dll).
Lalu bagaimana kondisi ini dapat dijelaskan dalam perspektif pendidikan? Saya percaya bahwa beberapa dari para pendidik, guru dan pemerhati pendidikan lainya mempunyai jawaban tersendiri.