Terlebih dahulu, untuk meminimalisir perbedaan penafsiran, saya merasa perlu menyelaraskan maksud dari beberapa kata pada judul artikel ini. Pertama, kata "Dunia" saya maksudkan kepada cakupan yang lebih husus seperti bahwa tiap individu memiliki dunianya (hidupnya) sendiri. Meskipun dalam konteks artikel ini tak ada salahnya memaknai dunia secara utuh sebagai bumi dengan segala sesuatu diatasnya. Kedua, kata "Kacau" saya maksudkan kepada setiap permasalahan yang carut-marut dalam kehidupan individu manusia. Jadi, Dunia dengan segala kekacauannya juga dapat diartikan hidup dengan segala permasalahannya.
Sebagian dari kita barangkali pernah mengidealkan kehidupan pribadi, tidak punya hutang, istri cantik, menikmati pagi yang tenang dengan secangkir kopi dan banyak keinginan akan kebahagiaan lain. Hal yang cenderung dihindari dari setiap peng-idealan adalah kesusahan atau masalah. Tapi, apakah hidup ideal memang hanya tentang yang bahagia-bahagia saja?. Marcus Aurelius dalam stoikismenya menyebutkan bahwa konsep kebahagiaan hidup justru adalah konsep kendali. Dalam konsep ini, Aurelius tidak menampik munculnya penderitaan dan permasalahan dalam hidup. Tapi menekankan kita untuk fokus mengendalikan permasalahan yang berada dalam koridor pengendalian kita, jika tidak maka tidak perlu terlalu banyak memikirkannya. "Kamu memiliki kendali atas pikiranmu (bukan kejadian-kejadian diluar pikiran). Sadari ini, kamu akan menemukan kekuatan" kata Aurelius.
Guru saya pernah memberi nasihat "Jangan jadikan masalah sebagai sebuah masalah, tapi jadikanlah masalah sebagai cara untuk menyelesaikan masalah". Dulu, saya kesulitan memahami kalimat ini, bagi saya namanya juga masalah ya jadi masalah. Saat ini, setelah banyak masalah yang saya lalui, saya mulai mengerti bahwa masalah sejatinya adalah tantangan yang jika mampu kita selesaikan maka diri kita menjadi lebih baik dan siap untuk menyelesaikan masalah selanjutnya, karena memang, masalah tidak akan berhenti. Hidup ideal bukan hanya tentang mencapai bahagia, tapi juga mengapresiasi kesulitan setiap prosenya. Inna ma'al `usri yusro "sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan" QS Al-Insyirah ayat 6.
Dalam lingkup yang lebih luas, dunia yang aktual hari ini dengan segala kekacauannya seperti banyaknya kejahatan, penderitaan dan peperangan sudah yag paling "ideal" dalam arti tepat atau baik. Kehidupan dunia sebelum aktual ada, hanyalah kemungkinan-kemungkinan yang kemudian diadakan oleh Tuhan. Tak salah bereutopia tentang dunia yang damai, adil dan makmur tetapi yang aktual ada artinya sudah kemungkinan yang paling "ideal". Ada ungkapan kontroversial yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali dalam hal ini, Laisa fi al-imkan abda`u mimma kan "tidak ada yang lebih sempurna ketimbang dunia yang sudah ada sekarang ini". Ulil Abshar Abdalla dalam bukunya Jika Tuhan Mahakuasa Kenapa Manusia Menderita menjelaskan bahwa apa yang dalam skala kecil kita kira penderitaan, dalam the grand scheme of thing---skala besar, bisa jadi merupakan berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H