Tubuh manusia dilengkapi dengan seperangkat alat ucap yang bisa menghasilkan bunyi bahasa. Dengan bahasa itulah kemudian manusia berbicara dengan beragam tujuan. Berbicara menjadi salah satu kelebihan makhluk Tuhan yang sejatinya harus digunakan untuk kemaslahatan.
Bicara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai dengan berbahasa, berbeka(-beka), berbicara, berbincang(-bincang), bercakap(-cakap), berdembai-dembai, berkata, berkecek(-kecek), berlabun-labun, beromong-omong, berseru, bertalaran, bertutur, berucap, berujar, buka mulut, melisankan, menceritakan, mengecek, mengisahkan, mengobrol, mengoceh, mengomong, menuturkan, menyebut. Rupanya makna bicara cukup banyak karena ia meliputi aktivitas manusia yang bertalian dengan penyampaian pesan lisan. Pantas saja sulit bagi manusia untuk diam, tidak berbicara walau hanya sekejap, kecuali sedang terlelap.
Bicara juga layak dua mata pisau. Ia bisa bagaikan penyejuk jiwa yang dalam waktu singkat bisa membuat orang bahagia, senang, atau jatuh cinta.
Tapi sebaliknya kalimat yang dilantunkan bisa juga membuat orang marah, sakit hati dan terluka bahkan perangpun bisa terjadi. Maka tidak heran ada pepatah mengatakan silence is golden "diam itu emas", atau "sedikit bicara banyak bekerja".
Tentu saja pepatah itu tidak bisa mewakili seluruh aktivitas komunikasi lisan manusia karena kadang kala manusia memang harus bicara. Di sisi lain, meminta orang untuk tidak berbicara bukan perkara mudah, karena akhirnya kita akan dibenturkan kepada "hak azazi" yang kerap kali justru melanggar hak orang lain juga.
Tampaknya , di masa yang tidak mudah ini, pandemi menyerang, bencana datang, demokrasi yang kebablasan merupakan waktu tepat bagi manusia untuk mengawasi dengan ketat "nafsu" berbicara dengan alasan apapun, berpuasa bicara.
Walaupun "panggung" tersedia untuk berbicara, hentikan sementara waktu keinginan untuk berbicara terlalu banyak tentang politik, tentang kebijakan pemerintah, tentang orang lain, dan seribu tentang lainnya. Anda boleh menetapkan berapa lama harus berpuasa bicara dalam sehari.
Walaupun tidak ada ajaran agama yang mewajibkan manusia untuk berpuasa bicara, tapi yang pasti jika dilakukan dengan benar berpuasa akan banyak manfaatnya. Puasa mampu mengeluarkan racun dalam tubuh, menghilangkan kebiasaan buruk, nafsu durjana dan keserakahan serta melatih kepekaan atau empati.
Begitu pula dengan berpuasa bicara, Pemilik Bumi dan Langit akan menutup aib orang yang diam karena terhindar dari berkata salah, menyakiti, merendahkan ataupun berkata keji pada orang lain. Selain itu, "korban" yang semula digunjingkan akan terbebas dari "penelanjangan".
Jika orang terbiasa membicarakan apapun juga, baik urusan penting maupun tak penting, berpuasa bicara pasti tidak terlalu mudah dan harus dilakukan dengan segala daya dan upaya. Ia harus mampu memilah-milah "cerita" mana yang tidak perlu diungkap karena sesungguhnya tidak memiliki kemaslahatan.
Selain itu, Ia juga harus berani dan mau menurunkan derajat "keterkenalan" dunia yang kerap kali memberatkan manusia mengorbit ke langit.