Lihat ke Halaman Asli

Irna Atqya Rahma

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga/ 20107030133

Berkah Ramadhan Pedagang Dadakan

Diperbarui: 24 April 2021   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Tidak terasa ini udah memasuki minggu kedua bulan Ramadhan, masuk minggu kedua ini pasti sudah terbiasa puasa sudah tidak terlalu lemas seperti saat awal-awal puasa, biasanya pada sore hari sambil menunggu saat berbuka mayoritas masyarakat Indonesia memanfaatkan waktunya untuk ngabuburit sambil mencari takjil untuk  berbuka.

Bulan ramadhan yang hanya datang setahun sekali ini juga merupakan bulan yang penuh berkah rezeki bagi para pedagang dadakan, , biasanya mereka mulai menggelar lapaknya dari siang hari sampai maghrib mejelang waktu berbuka puasa, mereka biasa berjualan di trotoar atau ditempat yang sudah disediakan oleh panitia bazaar ramadhan.

Berbagai makanan dapat kita temui disana, dari buah-buahan segar, lauk pauk untuk berbuka, berbagai aneka minuman atau  jajanan micin dan pedas yang banyak disukai kaula muda dapat kita pilih sesuai selera.

Harga yang dibandrol untuk makanan - makanan ini relatif murah dan tak membuat dompet kita menjadi semakin tipis. Kisaran pukul 16.00 wib atau setelah ashar para pembeli mulai dari orang tua, remaja bahkan anak-anak ramai menyerbu dagangan untuk hidangan santap berbuka.

Salah satu pedagang bernama Siti Azmi mengungkapkan bahwa ramadhan pembawa berkah baginya meskipun masih dalam kondisi pandemi tapi rezekinya tetap mengalir deras. Mahasiswi semester 4 prodi pendidikan matematika ini berjualan di area Lapang Serbaguna Wiradadaha Tasikmalaya ia menjajakan makanannya berupa cilok saus kacang, pentol pedas, dan ceker pedas setiap hari, mahasiswi Universitas Siliwangi ini tidak sendirian saat berjualan ia bersama dua temannya patungan untuk mendirikan lapak tenda di area bazaar ramdhan tersebut.

dokumen pribadi

Ternyata Siti Azmi sudah terbiasa berjualan cilok, pentol dan ceker pedas ini, biasanya seminggu sekali ia berjualan di car freeday Jalan baru Cisinga bersama kakaknya, di bulsn ramadhan kali ini ia mencoba peruntungan baru, dengan mencoba berjualan bersama temannya yang menjajakan dimsum ayam sebagai dagangannya, mereka memanfaatkan  peluang ini selain untuk memperkuat kemandirian juga untuk mengisi waktu kosong mereka saat menunggu waktu berbuka karena tak jarang waktunya terbuang sia-sia.

Makanan yang ia jual merupakan produk buatannya sendiri dan dibantu oleh kakaknya, harga dagangannya pun sangat terjangkau cilok saus kacang dan pentol pedas ia bandrol dengan harga Rp 500-, dan ceker ia beri harga Rp 1000-, saja perbijinya, harga yang murah meriah dan bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, tidak heran dalam sehari Siti Azmi dapat menghabiskan seratus seratus lima puluh ceker pedas,400 - 500  butir pentol pedas dan cilok saus kacang dalam sehari bisa habis 300 - 400 butir, sedamgkan temannya menjual dimsum ayam yang ia buat sendiri juga harganya cukup affordable hanya 10.000 rupiah saja percupnya.

Siti Azmi mengungkapkan pilihannya untuk berjualan makanan pedas cukup menjajikan karena selera orang Sunda khusunya masyarakat Tasikmalaya mayoritas sangat menyukai olahan makanan yang mempunyai cita rasa pedas, asin dan gurih.

Walaupun saat ini masih musim pandemic tapi Siti Azmi tetap giat menjajakan dagangannya tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan yang sudah dianjurkan pemerintah. Menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker. Menurutnya keadaan sekarang sangat mempengaruhi omset penjualannya karena masih banyak orang yang ragu untuk jalan jalan keluar rumah  meskipun tidak sedikit juga orang yang sudah berlalu lalang jalan jalan ngabuburit untuk jajan.

Siti Azmi menuturkan omset penjualan saat ramadhan dan hari hari biasa tidak terlalu jauh, karena biasanya ia hanya berjualan di hari minggu pagi dan kemungkinan turun hujannya kecil jadi akan banyak masayarakat yang keluar rumah untuk olahraga pagi atau hanya sekedar jalan-jalan saja jadi porsi makananya ia buat lebih banyak, sedangkan sekarang ini dibulan ramadhan karena berjualan setiap sore hari dan kemungkinan turun hujan besar dan dagangannya akan kurang laku sehingga Azmi mengurangi porsinya lebih sedikit untuk antisipasi jika masyarakat yang ngabuburit tidak seramai pagi hari yang cerah dan antisipasi jika pembelinya merasa bosan agar makanannya tidak mubadzir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline