Ada yang menarik ketika belakangan ini saya melihat media sosial saya. Oh, tak hanya media sosial. Beberapa platform berita online juga sudah mengangkat topik ini beberapa kali.
Pembaca sekalian sudah mendengar istilah Quiet Quitting? Jujur, saya sendiri baru kali ini mendengarnya.
Setelah saya coba pahami, menurut saya pribadi isu ini cukup menarik karena menyoroti tren budaya bekerja di kalangan kaum muda saat ini.
Melihat situasi perekonomian yang serba tidak pasti seperti saat ini, bukan tidak mungkin fenomena ini akan merebak lebih luas.
Saya mencoba menggali lebih banyak informasi dari beberapa sumber dan menghubungkannya dengan beberapa pengalaman pribadi. Jadi apa sebenarnya Quiet Quitting itu?
What is Quiet Quitting?
Secara harfiah, Quiet Quitting berarti 'berhenti diam-diam'. Istilah ini mengacu pada sebuah tren dalam konteks pekerjaan dan saat ini melanda para kaum muda yang bekerja di dunia korporasi.
Jadi jika disesuaikan konteksnya, Quiet Quitting berarti bekerja seperlunya sesuai jobdesc yang diminta oleh atasan atau perusahaan, tidak lebih. Istilah sederhananya, "Do your job, take your pay, and go home" (lakukan pekerjaanmu; ambil gajimu dan pulang).
Well, menurut saya sebetulnya fenomena ini bukan merupakan sesuatu hal yang baru-baru amat. Tanpa disadari, sebagian dari kita bahkan mungkin pernah melakukannya.
Untuk menarik lebih banyak perhatian, fenomena ini di-branding dengan istilah yang lebih kekinian sehingga terdengar lebih menarik dan inspiratif di kalangan generasi milenial dan generasi Z yang saat ini mendominasi usia produktif.