Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

[Resensi] Kisah Cinta Terbentur Kasta dalam "Tarian Bumi"

Diperbarui: 5 Februari 2022   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

"Ternyata perempuan tua itu tidak berani menerimanya sebagai menantu. Seorang laki-laki Sudra dilarang meminang perempuan Brahmana. Akan sial jadinya bila Wayan mengambil Telaga sebagai istri. Perempuan Sudra itu percaya pada mitos bahwa perempuan Brahmana adalah surya, matahari yang menerangi gelap. Kalau matahari itu dicuri, bisakah dibayangkan akibatnya?" - Tarian Bumi.

Dulu waktu masih sekolah, saya hanya tahu bahwa sistem kasta masih diterapkan di India sana. Menurut KBBI, 'kasta' berarti golongan (tingkat atau derajat) manusia dalam masyarakat beragama Hindu. 

Dan seingat saya waktu belajar di SMP dulu, ada empat kasta utama dalam masyarakat Hindu yakni mulai dari yang paling tinggi adalah kasta Brahmana (golongan pendeta), Ksatria (golongan bangsawan dan prajurit), Waisya (golongan pedagang dan petani), dan Sudra (golongan rakyat biasa). Ada lagi kasta Paria, yakni golongan rakyat jembel seperti pengemis, pelacur dan lainnya).

Tapi kemudian, saya baru tahu bahwa sistem kasta juga masih diterapkan di Indonesia khususnya di Bali. Nah sistem kasta itulah yang menjadi latar para tokoh yang diceritakan dalam novel berjudul Tarian Bumi karya Oka Rusmini.

Blurb

Ida Ayu Telaga Pidada adalah putri tunggal dari keluarga kasta Brahmana. Kehidupannya sebagai keturunan keluarga terpandang di desanya, membuat dirinya merasa terpenjara. Berbagai macam aturan diterapkan oleh ibunya (Jero Kenanga) demi menjaga image-nya sebagai seorang bangsawan. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, ibu Telaga berusaha keras menjadikan Telaga seorang penari yang terampil, bahkan juga turut mengatur hubungan asmara Telaga. Ia tidak boleh menikah dengan pria selain dari kasta Brahmana.

Belakangan, apa yang membuat ibu Telaga sangat bersikeras supaya putrinya itu dipinang oleh seorang pria Brahmana, tidak lepas dari kehidupan masa lalunya yang keras. 

Jero Kenanga sebelumnya merupakan seorang perempuan keturunan Sudra yang miskin bernama Sekar. Ia bersikeras ingin menjadi seorang penari terhebat dan menikah dengan pria Brahmana untuk memperbaiki nasibnya.

Kegigihannya akhirnya membuahkan hasil meskipun akhirnya ia harus mengorbankan masa lalunya. Setelah menikah dengan pria Brahmana, kastanya pun naik dan berganti nama menjadi Jero Kenanga. Namun ia tidak boleh lagi sering-sering menemui ibunya karena kasta mereka sudah berbeda. Bahkan ketika ibunya meninggal pun, ia tidak diperbolehkan memegang jenazah ibunya.

Sekar berusaha mati-matian beradaptasi sebagai seorang menantu keluarga kasta Brahmana di bawah tekanan ibu mertuanya, Ida Ayu Sagra Pidada, yang juga sangat menjunjung tinggi kasta keluarganya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline