Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

[Resensi] "No Exit"

Diperbarui: 13 Februari 2021   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: dokumentasi pribadi

"Di balik kaca belakang yang ditempeli es, tangan kecil itu mencengkeram benda mirip jeruji - jemari putih itu diluruskan satu-satu, kurang koordinasi layaknya anak kecil yang belum menguasai sistem sarafnya sendiri - dan mendadak, mundurlah tangan itu ke kegelapan. Hilang dari pandangan. Kejadian itu mungkin berlangsung hanya dalam kurun tiga atau empat detik, membuat Darby terbengong-bengong." - No Exit.

Sudah lumayan lama saya tidak membaca novel thriller. Memang kadang saya suka moody dalam memutuskan buku apa yang ingin saya baca. Kalau sedang niat, saya tidak keberatan membaca buku yang topiknya agak dalam. Sedalam Palung Mariana. Halah!  Tapi kalau sedang penat, saya lebih memilih buku yang topiknya ringan. Sereceh mungkin kalau perlu, yang gak perlu mikir saat membacanya.

Jadi setelah coba browsing sana-sini, saya menemukan rekomendasi novel No Exit. Sebenarnya novel yang ditulis oleh Taylor Adams ini sudah lumayan lama saya lihat iklannya, tapi belum tergoda untuk membelinya. Jadi setelah membaca beberapa review, kelihatannya ceritanya lumayan menarik. 

Apalagi infonya, buku ini terbit dalam 30 bahasa. Asumsi saya berarti ceritanya memang bagus dan thriller-nya bukan kaleng-kaleng. Jadilah saya berselancar di beberapa online shop. Loh ngapain? Yah, apalagi kalau bukan cari promo diskonan. Hehehe..

Spoiler

Darby Thorne sedang dalam perjalanan pulang untuk menemui ibunya yang sedang sakit. Menjelang malam, ia mengendarai mobilnya menembus badai salju di kawasan Backbone Pass di Pegunungan Rocky, tapi sialnya mobilnya bermasalah sehingga Darby tidak dapat melanjutkan perjalanan. Sadar ia bisa mati beku jika tetap berada di luar, Darby memutuskan untuk bermalam di sebuah tempat peristirahatan, bersama dengan empat orang lain yang tidak di kenalnya yang sudah lebih dulu tiba di sana.

Setelah bertegur sapa dengan pengunjung lainnya, Darby pergi keluar mencari sinyal ponsel, namun ia begitu terkejut ketika ia melewati sebuah van abu-abu yang diparkir tak jauh dari situ. Darby melihat tangan pucat seorang anak kecil muncul di antara kegelapan di dalam van tersebut. Awalnya ia Darby mencoba untuk tidak terlalu mempedulikannya, tapi apa yang sudah ia lihat barusan, tidak dapat dilupakan begitu saja.

Cerita selanjutnya mengisahkan malam mencekam yang dilalui oleh Darby Thorne. Terjebak di pegunungan dengan badai salju, di antara pelaku penculikan anak. Sambil berusaha mencari siapa pelaku penculikan tersebut, Darby berpacu dengan waktu mencari pertolongan untuk menyelamatkan si anak dan tentunya nyawanya sendiri.

Ada banyak kejadian-kejadian yang tak terduga yang diketahui Darby malam itu. Bahwa penculiknya tidak hanya salah satu dari keempat pengunjung. Bahwa ternyata si anak mengidap suatu penyakit yang membahayakan nyawanya. Bahwa usaha apapun yang dilakukan Darby selalu tertinggal selangkah dari si penculik. Bahwa usaha Darby menyelamatkan si anak, ternyata ikut membongkar tindak kejahatan lainnya.

Apakah malam itu Darby Thorne berhasil menyelamatkan nyawa si anak korban penculikan dan kembali ke rumahnya menemui ibunya yang sedang sakit? Atau justru nyawa Darby ikut melayang dalam semalam? Kalau saya spoiler banyak-banyak di sini, nanti ceritanya tidak seru lagi toh? Jadi mending cus langsung baca sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline