Pembaca yang budiman, selain suka mengoleksi dan membaca buku, saya juga punya hobi mengoleksi pajangan berupa boneka dengan pakaian tradisional. Boneka-boneka tersebut umumnya saya bawa langsung dari tempat-tempat yang saya pernah saya kunjungi, atau titipan yang saya minta secara khusus dari teman, rekan kerja atau keluarga terdekat yang kebetulan pergi ke luar negeri.
Bagi saya mengoleksi boneka berpakaian tradisional tersebut menjadi kesenangan sendiri karena saya bisa mengenang perjalanan saya atau malah memotivasi saya untuk mengunjungi tempat dari mana boneka tersebut berasal.
Untuk menjaga supaya boneka tersebut tidak rusak dan warna pakaiannya tidak memudar, boneka-boneka tersebut saya bungkus plastik lebih dulu sebelum dimasukkan ke lemari pajangan. Saya tata sedemikian rupa supaya elok dipandang mata.
Tapi, tahukah pembaca yang budiman? Boneka-boneka yang menghuni lemari pajangan saya di kamar ini, ternyata bukan boneka biasa. Meski dari luar boneka ini tampak seperti boneka pada umumnya, ternyata mereka bisa bicara! Ah, yang bener aja nih..
Awalnya saya juga tidak menyadarinya. Sampai kemudian suatu malam ketika tidur, saya mendengar suara bisik-bisik di kamar saya yang gelap gulita. Padahal saya yakin tidak ada orang yang masih terjaga di tengah malam seperti itu. Nah loh!
Eh, tapi kok saya tahu saat itu sudah tengah malam? Ya soalnya dari luar terdengar suara pak satpam perumahan yang memukul tiang listrik dengan pentungan. Seakan jadi tanda bahwa saat itu sudah tengah malam dan semua orang sebaiknya pergi tidur. Di lingkungan tempat tinggal kalian ada yang seperti itu juga?
Oke jadi balik lagi ke suara bisik-bisik tadi. Meski saya tidak bangun dan membuka mata, ibarat menara ATC (Air Traffic Control) di bandara, radar di telinga saya dalam posisi siaga dan saya berusaha menajamkan pendengaran. Jantung saya beregup cepat seperti genderang penanda perang. Semakin lama, saya semakin yakin bahwa memang ada suara beberapa orang wanita sedang mengobrol pelan-pelan. Dan suara itu berasal dari lemari pajangan saya! Tempat boneka-boneka itu saya letakkan.
Herannya, ternyata rasa penasaran mengalahkan rasa takut saya. Maka sambil tetap berbaring dan menutup mata, saya mendengarkan obrolan boneka-boneka di lemari saya. Mereka berbahasa Indonesia tapi dengan kosakata yang campur-campur macam es campur dan aksen berbeda.
"Halo semuanya! Kayaknya si Irmina udah pules banget tuh. Kita udah bisa ngobrol-ngobrol sekarang," kata si boneka Bali dengan suara halus. "Perkenalkan, saya Deepika dari Indonesia. Kalian tahu Indonesia kan?"
"Konnichiwa! Saya Masumi Hisano dari Jepang. Indonesia itu di mana ya?" tanya si boneka Jepang berpakaian Kimono sutera berwarna merah-biru yang dihiasi bordiran benang keemasan sambil mengipasi dirinya sendiri.
"Aduh, kamu gak tahu Indonesia? Tapi kamu tahu Bali kan? Tepatnya saya dari Bali. Hobi saya menari Pendet," balas Deepika sambil memeragakan salah satu gerakan Tari Pendet.