Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

MDR-TB Tak Kalah Mengerikan Dibanding COVID-19

Diperbarui: 30 April 2022   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: sciencenews.org

Wabah COVID-19 memang belum berakhir dan masih menjadi fokus seluruh dunia mengingat efeknya begitu luar biasa terhadap segala aspek. Mulai dari kesehatan, sosial, pariwisata hingga ekonomi. Kalo Mbak Wikwik bilang, AMBYAR!

Tapi cobalah kita berpaling sejenak dari COVID-19. Saya tahu penularan dan penyebaran virus ini sedang jadi momok menakutkan bagi semua orang. Tapi menurut saya, penyakit menular yang lebih menakutkan adalah MDR-TB alias Multi Drugs Resistant Tuberculosis.

Bulan Maret, lebih tepatnya setiap tanggal 24 Maret kita memperingati World TB Day (Hari Tuberculosis Sedunia). Perlu diingat bahwa hingga saat ini, penyakit TBC masih menjadi salah satu dari 12 penyakit paling mematikan di dunia menurut WHO.

Selain itu masih menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC terbesar ketiga di dunia. Tapi kelihatannya level paniknya tidak seheboh COVID-19 ya?

Sekilas Tentang TBC
Berbeda dengan COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona, Tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri yang berhasil ditemukan dan diisolasi pertama kali oleh seorang ilmuwan asal Jerman, Robert Koch, ini merupakan bakteri berbentuk batang lurus atau sedikit bengkok. Karena sifatnya yang tahan terhadap kondisi asam, M. tuberculosis juga dikenal dengan Bakteri Tahan Asam (BTA).

M. tuberculosis paling sering menyerang paru-paru sehingga salah satu cara untuk memastikan keberadaan kuman ini adalah dengan kultur bakteri melalui pemeriksaan sputum (dahak).

Meski begitu, pemeriksaan juga bisa dilakukan terhadap darah, urin dan sumsum tulang belakang. Itulah mengapa terkadang kita mendengar ada penyakit TB Tulang. Namun tulisan saya kali ini hanya terbatas pada infeksi TB paru.

Ketika bakteri ini menyerang paru-paru, dia akan merusak jaringan organ yang diinfeksinya. Penderita TBC umumnya mengalami gejala seperti batuk yang tak kunjung sembuh dan kadang disertai darah pada dahak, demam, berat badan menurun/anoreksia, kelelahan, berkeringat di malam hari, rasa sakit pada dada dan sesak nafas.

Ilustrasi: health.detik.com

Penyakit TBC bisa menular lewat udara, droplet saat bersin atau batuk, penggunaan bersama alat makan (yang terkontaminasi) dengan penderita. Mereka yang kebetulan sedang dalam kondisi tidak fit (imunitas lemah) sangat mungkin tertular. Dan jika tidak segera diobati pastinya dapat menyebabkan kematian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline