Dulu, saya pernah punya teman yang boleh dikatakan "melek merek". Dia tahu semua barang-barang branded dan memang orangnya branded oriented. Saking meleknya, kalau saya dan teman-teman lain sempat salah lafal saat menyebut satu merek terkenal, dia langsung auto-correction seperti program chat Whatsapp.
Katanya dia sebal mendengar orang yang salah melafalkan merek-merek internasional macam Balmain, Yves Saint Laurent, Tag Heuer, Givenchy, hingga Jean Paul Gaultier dan lainnya. Coba, kamu tahu bagaimana cara melafalkan dengan benar merek-merek tersebut?
Semua barang yang melekat di tubuhnya pasti bermerek, kalau bukan merek kelas satu ya kelas dua. Pokoknya bermerek dan kalau kita tanya keasliannya, jawaban dia selalu "Sori, gue paling anti pake barang KW". Beuh!
Sering kali saya bertanya-tanya, sebenarnya apa sih motivasi utama orang-orang seperti teman saya itu saat memakai barang-barang branded?
Alasan menggunakan barang branded
Sebenarnya sih sah-sah saja ya orang memakai barang-barang branded, bahkan mengoleksi, hingga fanatik terhadap merek tertentu. Apalagi kalau mereka memiliki kelebihan dana tak terhingga, karena biasanya harga-harga barang branded tersebut setinggi langit. Tentu tidak jadi masalah bukan?
Kalau saya amat-amati, umumnya ada beberapa alasan seseorang menyukai barang-barang branded seperti:
1. Status Sosial
Status sosial seseorang seringkali digambarkan melalui penampilan seperti pakaian rancangan desainer ternama, mobil yang dipakai, kepemilikan properti, juga perhiasan dan barang-barang bermerek alias branded.
Berhubung hanya segelintir orang yang mampu membeli barang-barang super premium, maka mereka yang mampu membeli dan memakai barang branded sering dianggap memiliki status sosial yang tinggi.
Tak heran banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendapatkan kekayaan (atau mungkin berteman dengan orang-orang kaya) dan merogoh kocek yang dalam supaya bisa membeli barang branded , sehingga meningkatkan status sosial mereka di mata masyarakat.
2. Percaya Diri