Istilah Revolusi Industri 4.0 sedang naik daun, dan boleh dikatakan saat ini Indonesia sudah memasuki era revolusi industri tersebut. Awalnya saya agak bingung dengan istilah ini, namun seiring dengan banyaknya pembahasan dalam forum-forum diskusi publik yang mengaitkan Revolusi Industri 4.0 dengan segala aspek (terutama bisnis dan ekonomi), saya jadi mulai paham.
Revolusi Industri Pertama terjadi pada abad ke-18 yang ditandai dengan kemajuan pesat mesin uap sebagai mesin pengganti tenaga manusia. Saya ingat pernah mempelajari ini melalui buku sejarah saat masih di bangku sekolah. Revolusi Industri Kedua terjadi di abad ke-19 yang ditandai dengan kemajuan energi listrik dan sistem produksi massal. Sedangkan Revolusi Industri Ketiga dimulai tahun 1960an yang ditandai dengan kemajuan elektronik, ICT (Information and Communication Technology) dan otomatisasi. Bagaimana dengan Revolusi Industri Keempat (4.0)?
Menurut World Economic Forum (WEF), Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan lahirnya "Cyber-Physical System" yang menggabungkan kemampuan manusia dan mesin (robot). Teknologi dalam Revolusi Industri 4.0 ini meliputi Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), big data analytics, augmented reality, cloud computing, blockchain dan lainnya. Dan teknologi-teknologi ini mempengaruhi berbagai sektor dalam kehidupan manusia seperti transportasi, perdagangan dan retail, olahraga dan rekreasi, agen pariwisata, dan sebagainya.
Salah satu sektor yang sangat dipengaruhi penerapan Teknologi 4.0 adalah pariwisata. Tren gaya hidup kaum milenial (yang saat ini boleh dikatakan mendominasi kelompok usia produktif) yang sangat mencolok adalah traveling.
Kalau dulu orang berpendapat bahwa bahwa membeli logam mulia dan properti adalah investasi yang sangat menjanjikan, beda halnya dengan pandangan kaum milenial saat ini. Mereka berpendapat bahwa traveling juga termasuk investasi. Karena melalui traveling, mereka akan lebih banyak memperoleh pengalaman yang unik, sehingga tak jarang kaum milenial lebih mengutamakan traveling dibanding yang lainnya. Bahkan sengaja menabung demi bisa mengunjungi tempat-tempat yang sudah diimpikan sejak lama.
Namanya juga kaum milenial yang sangat melek dalam mengikuti cepatnya perkembangan teknologi, gaya hidup traveling mereka pun juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi tersebut. Berbagai macam gadget dapat dimanfaatkan untuk mendukung gaya hidup traveling ini. Sebut saja smartphone terkini, tablet, laptop, kamera hingga drone. Asal ada jaringan internet, lengkap sudah.
Mulai dari mencari inspirasi dan membuat itinerary liburan (destinasi yang dituju dan aktivitas apa yang akan dilakukan di tempat tujuan wisata), mengatur pemesanan tiket pesawat dan akomodasi, membeli tiket rekreasi, menggunakan jaringan transportasi umum lokal, dokumentasi (foto dan vlog), bahkan hingga setelah liburan selesai. Semua dapat dijalankan hanya dalam satu genggaman tangan yakni menggunakan smartphone dan jaringan internet. Dengan demikian, seperti yang dikatakan oleh Menteri Pariwisata Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc., Tourism 4.0 adalah Millennial Tourism.
Saya sebagai salah satu bagian dari kaum milenial, juga melakukan hal yang sama ketika akan traveling ke suatu tempat. Saya ingat betul ketika berpelesir ke Jogjakarta terakhir kali yakni di tahun 2018 lalu, saya dan adik saya mengatur semua rencana perjalanan dari Jakarta. Dengan demikian begitu tiba di Jogjakarta, waktu libur kami yang cukup singkat dapat kami manfaatkan maksimal untuk menjelajahi Jogjakarta dan sekitarnya. Tujuan utama kami saat itu adalah mengikuti festival lampion dalam perayaan waisak dan merasakan pengalaman Borobudur Sunrise.
Mulai dari memesan tiket pesawat, booking hotel, membuat jadwal (itinerary) kunjungan wisata hingga dokumentasi, semua kami atur sedemikian rupa hanya dengan mengandalkan smartphone dan internet. Kadang saya berpikir, betapa mudahnya jadi generasi milenial. Mau traveling kemanapun, semuanya bisa diatur melalui genggaman tangan.