Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

Trik Beradaptasi di Kantor Baru untuk Introvert

Diperbarui: 31 Januari 2019   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: aol.com/getty images

Berhubung saya baru saja resign dari kantor lama untuk bekerja di kantor yang baru, kali ini saya mau berbagi sedikit tentang apa yang saya alami di tempat yang baru setelah kurang lebih satu bulan bekerja. Ya, apalagi kalau bukan soal adaptasi di lingkungan kerja yang baru. Terus, masalahnya apa? Yang namanya pindah ke lingkungan baru baik itu tempat kerja maupun tempat tinggal, pastinya adaptasi adalah suatu proses yang harus kita hadapi.

Boleh dibilang proses adaptasi itu susah-susah gampang. Namun banyak juga orang yang merasa adaptasi bukan menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tapi bagaimana jadinya kalau si subjek adalah orang yang memiliki kepribadian introvert? Pastinya akan merasa harap-harap cemas macam saya ini.

Pada saat saya berada dalam masa-masa mengambil keputusan untuk pindah kerja, selain offering dari perusahaan baru dan benefit lainnya, masalah adaptasi jadi salah satu faktor yang cukup menyita pikiran saya selama hampir seminggu.

Sebagai orang yang memiliki kepribadian introvert, adaptasi bisa menjadi masalah yang cukup serius karena biasanya orang-orang introvert lumayan sulit untuk terbuka dan bersosialisasi dengan orang-orang yang baru dikenal. 

Apalagi kalau dia juga memiliki kesulitan untuk mengingat nama dan wajah orang asing (lagi-lagi seperti saya). Belum lagi, orang-orang introvert cenderung menyimpan perasaan dan merasa lebih nyaman saat sendirian dibandingkan berada di tengah-tengah keramaian karena mereka juga tidak terlalu suka berbasa-basi.

Bayangan saya bahwa akan menemui banyak orang baru dengan berbagai kepribadian, membuat saya sempat ragu. Apakah saya harus tetap maju demi perkembangan diri atau tetap di zona nyaman yang nyatanya kadang bisa membuat saya hipertensi?

Banyak orang bilang (terutama para motivator), supaya kita bisa berkembang atau meningkatkan potensi diri dan karir, kita harus berani keluar dari zona nyaman, karena zona nyaman hanya membuat diri kita jalan di tempatKita memerlukan tantangan baru untuk memecut kita supaya bisa mengeluarkan potensi lain yang kita miliki.

Jujur saya kurang sependapat karena setiap orang tentu memiliki kondisinya masing-masing. Menurut saya tidak ada salahnya juga ketika seseorang lebih memilih comfort zone daripada pindah ke lingkungan baru. Semua tergantung pilihan masing-masing dan saya pun akhirnya dihadapkan pada pilihan itu.

Namun pada akhirnya, saya memilih untuk meninggalkan zona nyaman saya di kantor tempat saya bekerja selama 5 tahun 8 bulan, demi tiga hal. 

Pertama, offering yang lebih tinggi (tentunya karena tuntutan ekonomi saya juga semakin meningkat). Kedua, adanya peluang bagi saya untuk mengembangkan potensi dan kompetensi sebagai farmasis (karena saya akan menekuni bidang yang lumayan baru meski harus mulai lagi dari nol), dan ketiga yang tak kalah penting adalah bisa keluar dari suasana kerja yang sudah mulai terasa tidak sehat.

Dan dengan demikian, kekhawatiran saya untuk menghadapi proses adaptasi yang mungkin akan saya lalui dengan susah-susah gampang, harus saya kesampingkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline