Sudah sejak lama kopi menjadi minuman favorit banyak orang. Gaya hidup minum kopi di kafe bersama keluarga, teman atau kolega alias ngopi-ngopi cantik kini sudah menjamur dimana-mana, didukung dengan kafe-kafe kopi yang didesain apik sehingga membuat pengunjungnya betah nongkrong lama-lama.
Mengkonsumsi kopi biasanya bertujuan untuk mencegah kantuk. Kaum pekerja hingga mahasiswa biasanya paling sering mengkonsumsi kopi ketika mereka sedang dikejar deadline pekerjaan atau tugas. Tapi nyatanya, kopi bukan hanya ditujukan untuk mencegah rasa kantuk dan mempertahankan fokus dan kewasapadaan, tapi juga bisa mencegah kejang demam pada balita. Benarkah?
Entah dari mana awalnya dan dasar medisnya bahwa pemberian kopi kepada balita dipercaya bisa membantu mencegah step atau kejang demam. Kompasianer pasti ada yang pernah mendengar tentang ini atau bahkan melihat sendiri saat ada orangtua yang meminumkan kopi pada anaknya yang masih balita. Hal ini nyatanya juga terjadi pada keluarga saya.
Salah seorang paman saya yang peminum berat kopi, terkadang suka memberikan sedikit kopinya kepada anaknya yang masih balita. Herannya sepupu kecil saya itu malah suka! Waduh.
Minum kopi yang saya maksud disini bukannya secangkir kopi atau sebotol susu yang diganti dengan kopi loh, melainkan hanya satu atau dua sendok kopi dan itu pun sesekali. Jujur saja, dulu saya sempat percaya. Tapi setelah saya pikir-pikir, agak aneh juga sih.
Pada salah satu penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah ibu di daerah Bandung untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan kebiasaan sekelompok ibu tersebut saat menghadapi situasi kejang demam pada anaknya, ada sekitar 70 persen responden yang percaya bahwa memberikan sejumlah kecil kopi dapat mencegah terjadinya kejang demam pada anak. Dan metode ini umumnya mereka peroleh secara turun-temurun dari orangtua mereka.
Kejang Demam (Febrile Seizure)
Kejang demam pada balita biasanya terjadi ketika demam tinggi dengan suhu tubuh di atas 38.5C dan umumnya kejang demam ini terjadi akibat infeksi telinga atau akibat adanya infeksi bakteri atau virus.
Beberapa gejala yang mungkin muncul misalnya lengan dan kaki yang tersentak, kaku, mata berputar, hingga kehilangan kesadaran dan tidak merespon suara atau sentuhan.
Ada dua kategori kejang demam yakni:
Kejang Sederhana (Simple Seizure), ditandai dengan durasi kejang kurang dari 15 menit dan biasanya tidak kambuh dalam 24 jam berikutnya sehingga biasanya tidak berpotensi menyebabkan kerusakan sel otak.