Belakangan ini saya sedang hobi-hobinya nonton film-film bertemakan sejarah perang. Mulai dari Pearl Harbor, Enemy at the Gates, Lone Survivor, Fury, Schindler's List, American Sniper, The Imitation Game, Dunkrik, Conspiracy, Anthropoid, Hacksaw Ridge, Allied, hingga yang terbaru seperti Darkest Hour dan The Man with the Iron Heart.
Ada beberapa alasan saya menyukai film-film bertema ini yakni, menambah pengetahuan saya tentang sejarah meskipun terkadang tidak seluruh adegan dalam film-film tersebut benar-benar terjadi. Tapi paling tidak saya tahu runutan sejarah dan poin-poin penting yang perlu diingat dari setiap peristiwa. Jadi seperti cara lain untuk belajar sejarah, selain melalui buku. Dan selain pengetahuan tentang sejarah, seperti layaknya seorang wanita, saya juga selalu suka mengamati gambaran fashion zaman dulu yang dimunculkan melalui setiap karakter di film. Hahaha.. Sederhana tapi elegan.
Dari sekian banyak film yang sudah saya sebutkan tadi, Anthropoid adalah salah satu favorit saya. (baca resensinya disini). Dan baru-baru ini, ada satu film yang baru dirilis dengan tema cerita yang sama dengan Anthropoid, yaitu The Man with the Iron Heart. Tapi karena tidak tayang-tayang juga di bioskop (padahal sudah lama masuk daftar film-film "coming soon"), akhirnya saya nonton streaming online di internet. Jadi apa bedanya film ini dengan Anthropoid?
Dari posternya, saya sudah langsung tahu tokoh yang menjadi karakter utama dalam film ini. Siapa lagi kalau bukan Reinhard Heydrich, salah satu jenderal penting NAZI yang dipercaya Hitler dan terkenal dengan julukan "Butcher from Prague" (Tukang Jagal dari Praha). Tapi dalam film kali ini, julukan Heydrich yang ditonjolkan adalah "HHhH" alias "Himmlers Hirn heit Heydrich" (Otak Himmler disebut Heydrich). Heinrich Himmler adalah komandan tentara SS (Schutzstaffel) yang paling berpengaruh di Jerman saat masa Holocaust.
Dari judul filmnya, saya berharap film ini akan mengisahkan lebih detail tentang kehidupan Heydrich mulai dari awal hingga dia menjadi salah satu orang penting NAZI. Setelah menonton Anthropoid, saya berharap The Man with the Iron Heart akan menggambarkan dengan detail bagaimana Heydrich bisa memiliki "hati besi" seperti judul filmnya, karena dalam Anthropoid tokoh Heydrich tidak digambarkan dengan detail. Anthropoid, sesuai dengan judulnya, lebih menekankan kisah operasi pembunuhan Heydrich dan oleh sebab itu tokoh utamanya adalah Jan Kubis dan Josef Gabick.
Namun apa yang saya harapkan ternyata tidak saya lihat dalam film ini. Sekitar tiga puluh menit pertama, film ini memang menggambarkan kehidupan awal Heydrich (diperankan oleh Jason Clarke) sebelum menjadi "orang penting" NAZI. Namun tidak banyak dialog dan konflik yang diperlihatkan. Karakter Heydrich hanya digambarkan dalam kilasan adegan yang sepotong-sepotong seperti kepatuhannya sebagai tentara SS, saat menginterogasi tahanan atau pada saat penembakkan kaum Yahudi. Bahkan dalam kehidupan keluarganya pun karakternya tidak terlalu ditonjolkan.
Gambaran kisah hidup Heydrich diwarnai dengan kehadiran Lina Heydrich (diperankan oleh Rosamund Pike), seorang wanita simpatisan NAZI. Namun kehadiran Lina dalam film ini juga tidak terlalu menonjol. Meski dia diceritakan sebagai wanita yang cukup berperan terhadap 'kenaikan' Heydrich, tapi pada akhirnya Lina terjebak dalam kehidupan pernikahan yang hambar karena sikap Heydrich yang sangat tertutup akibat tuntutan pekerjaan yang serba rahasia.
Kisah hidup Heydrich nampaknya hilang ditengah-tengah film saat keluarga Heydrich pindah ke Ceko. Cerita mulai terfokus pada Josef Gabick dan Jan Kubis beserta orang-orang disekitarnya yang tergabung dalam pejuang Ceko, berikut kisah cinta mereka berdua dengan dua wanita Ceko (yang ternyata namanya juga berbeda dengan yang dimunculkan dalam Anthropoid). Gambaran kematian Heydrich setelah terkena bom yang dilempar ke mobilnya juga hanya sekilas lalu. Pada akhir film setelah kematian Heydrich, kisah Lina juga tidak jelas juntrungannya.
Kesimpulan saya setelah menonton film ini adalah bahwa film ini kurang fokus pada cerita. Ungkapan "The Man with the Iron Heart" yang ditujukan untuk Heydrich tidak digambarkan dengan mengesankan. Ada banyak konflik tapi penggambarannya setengah-setengah. Alur cerita juga terbilang lambat sehingga jujur saja saya merasa sedikit bosan. Adegan pembunuhan Heydrich dan baku tembak tentara SS saat penangkapan Jan Kubis dan Josef Gabick juga tidak semenegangkan di Anthropoid.
Yah, bagaimanapun ini hanya berupa pendapat saya sebagai penikmat film. Pandangan saya bersifat subjektif dan hanya berdasarkan perbandingan dari hasil menonton film-film serupa. Semuanya kembali lagi ke penonton. Jika hanya ingin memuaskan rasa penasaran, tidak ada salahnya nungguin film ini diputar di bioskop. Tapi perlu dicatat bahwa film ini rasa-rasanya kurang cocok bagi remaja karena adegan dewasanya lumayan banyak, kecuali Anda yakin lembaga sensor Indonesia sudah menyensor bagian-bagian yang perlu.
Selamat menonton!