Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

Mamakku Galak, Mamakku Sayang

Diperbarui: 22 Desember 2021   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: geregetan.com

Hampir setiap orang yang saya temui, kalau lagi ngomongin soal Ibunya, pasti deh kesannya baik-baik semua. Sosok Ibu yang baik, lembut, mengayomi, bisa segala hal, pokoknya so sweet lah.

Saya bukan termasuk orang yang melankolis kalau membicarakan soal Ibu saya (yang biasanya saya panggil Mamak karena biasanya orang Batak memanggil ibunya dengan panggilan Maakk! Maakk!) sehingga apa yang ingin saya ceritakan disini tentang Mamak, mungkin sedikit berbeda dari kebanyakan orang. Paling tidak dari semua cerita tentang Ibu dari orang-orang yang pernah saya temui.

Hal yang paling berkesan tentang Mamak adalah. GALAK. Oh ya! Kalau biasanya anak-anak banyak yang bilang bapaknya lebih galak daripada ibunya, bagi saya Mamak-lah lebih galak.

Entah karena memang berdarah Batak murni (orang bilang biasanya suku Batak itu galak-galak karena suaranya lantang) atau memang karena didikan keras ala zaman kolonial, Mamak-ku ini kalau sudah marah rasanya dunia mau runtuh. SUPER HOROR! Suaranya lantang menggelegar sampai ke ujung kompleks rumah sehingga kalau saya sedang dimarahi, rasanya dobel-dobel. Takut sekaligus malu setengah mati kalau sampai didengar tetangga! Dan kalau saya menangis, makin jadilah marahnya si Mamak itu. Duh, ngerilah pokoknya.

Dulu saking sedihnya kalau sedang dimarahi, pikiran saya suka random, "Sebenarnya saya ini anak angkat atau bagaimana. Kok Mamak ini sukak kali marah-marah". Kalau sudah begitu, akhirnya saya cuma bisa diam. Tak lama kemudian, biasanya Bapak sayalah yang 'maju' untuk memberikan sedikit pembelaan. Beliau memang punya pembawaan yang lebih tenang dan frekuensi marah-marahnya tidak sebanyak Mamak, meski kalau sudah marah sama horornya. Hahaha!

Lalu apakah saya marah dan dendam kepada Mamak? Kalau anak zaman now mungkin bisa saja, lalu mereka mulai memberontak, menjadi anak yang membangkang dan sulit diatur. Tapi untungnya saya tidak. Semakin dewasa saya malah bersyukur dengan kegalakkan Mamak itu. Teriakkannya yang menggelegar, bahkan diikuti cubitan di paha kalau saking gemasnya sama anak-anaknya, membuat saya dan adik saya boleh dikatakan jadi kuat mental.

Percaya tidak percaya, boleh dibilang meski galak setengah mati, justru inilah pemberian yang paling berkesan sekaligus penting dari Mamak untuk saya.

1. Tough

Manfaat itu mulai saya sadari ketika menginjak bangku SMA. Zaman saya SMA, tradisi senioritas dalam per-ploncoan masih ada meski tidak separah diberitakan di televisi itu. 

Kerasnya didikan Mamak membuat saya merasa lebih tough. Galaknya teriakan kakak-kakak senior selama masa orientasi SMA dan kuliah, tidak membuat saya takut dan ciut apalagi menangis seperti yang saya lihat pada teman-teman saya yang lain. Bagaimana tidak? Semuanya itu tidak ada apa-apanya dibandingkan yang sudah pernah saya alami dari Mamak. Pokoknya lewat! Kelak, di kehidupan nyatapun saya tidak gampang jatuh mental ketika ada situasi yang 'menekan' saya. Kalau diingat-ingat jadi lucu juga sih.

Ilustrasi: tediprawoto.blogspot.com

2. Tidak mudah sakit hati karena omongan orang lain
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline