Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

Sofosbuvir, Harapan Baru Pasien Hepatitis yang Menjadi Kenyataan

Diperbarui: 10 Januari 2017   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: esofosbuvir .com

Sebagai lanjutan dari artikel saya sebelumnya (baca: di sini), kini para pasien Hepatitis C boleh berlega hati. Pada November 2016 lalu BPOM akhirnya mengumumkan telah menyetujui Nomor izin Edar (NIE) obat baru Sofosbuvir. Obat ini mendapat nomor izin edar untuk obat impor dengan brand name Myhep. Dan saat ini Sofosbuvir sudah mulai diedarkan di rumah sakit - rumah sakit yang melayani pengobatan Hepatitis C.

Sofosbuvir merupakan golongan NS5B (Non-Structural 5B) polymerase inhibitor (penghambat enzim NS5B polimerase), yakni suatu enzim / protein penting yang berperan dalam replikasi (perkembangbiakan) RNA HCV (Ribonucleic Acid Hepatitis C Virus). Obat ini sangat direkomendasikan karena menunjukkan efektivitas yang tinggi untuk menghambat HCV baik itu dengan atau tanpa kombinasi obat lainnya seperti golongan Pegylated Interferon (PEG INF).

Berdasarkan hasil sejumlah uji klinik terhadap pasien penderita Hepatitis C dengan genotip HCV berbeda, dosis 400 mg merupakan dosis yang paling efektif setelah jangka waktu pemakaian 12 - 24 minggu. Selain itu, berdasarkan hasil uji klinik, Sofosbuvir juga memiliki profil keamanan yang cukup baik. Efek samping yang ditimbulkan umumnya efek samping biasa seperti mual, sakit kepala, insomnia (susah tidur) dan lainnya. 

Selain Sofosbuvir, BPOM juga telah menyetujui NIE obat Hepatitis C lainnya yakni Simeprevir dengan brand name Olysio. Simeprevir digunakan untuk mengobati Hepatitis C genotip 1 & 4 (dengan atau tanpa sirosis / pengerasan hati), yang dikombinasikan dengan PEG INF alfa dan Ribavirin. Simeprevir bekerja dengan menghambat enzim HCV NS3/4A protease yang berperan dalam proses perkembangbiakan virus.

Pada dasarnya, obat-obat Hepatitis C ini cukup mahal dan berada dikisaran jutaan rupiah, apalagi yang tersedia di Indonesia saat ini adalah obat impor. Namun, harapan untuk kedepannya adalah supaya pemerintah bisa memberikan fasilitas bagi para pasien Hepatitis C berupa akses yang lebih mudah dan lebih terjangkau (misalnya dimasukkan dalam program BPJS Kesehatan), karena faktanya masih banyak penderita Hepatitis C yang berasal dari golongan masyarakat kurang mampu.

Referensi: 1, 2 dan 3.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline