Lihat ke Halaman Asli

Irma Zainal

Ibu Rumah Tangga

Industri Halal Indonesia Mendunia

Diperbarui: 11 Januari 2018   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha, Thailand telah mencanangkan diri sebagai "Halal Kitchen in The World".   Industri makanan halal merupakan aktivitas ekonomi yang sangat besar dan memiliki multiplier effectbagi sektor-sektor turunannya seperti proses peternakan hewan, penyembelihan hingga sampai ke konsumen. 

Menurut data Global Islamic Index Report 2016-2017, Thomson Reuters volume industri halal global pada 2015 sebesar USD.3,84 miliar meningkat 66,14% dibandingkan periode sebelumnya. Dan angka ini akan terus berkembang dan diprediksi akan mencapai USD.6,36 miliar pada 2021 kedepan.  Tren halal lifestyle melanda hampir diseluruh dunia, dan peluang pasar industri halal global telah menjadi pasar "gemuk" yang mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi. 

Momentum ini dimanfaatkan betul oleh beberapa negara yang notabene bukan negara berpenduduk mayoritas muslim.  Beberapa negara seperti Australia memanfaatkan potensi ini sebagai pengekspor daging halal terbesar, Inggris sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah global, Tiongkok penghasil sandang halal terutama di kawasan Timur Tengah.

Urgensi percepatan industri pariwisata halal di Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat  tidak hanya berdampak pada umat muslim, namun seluruh masyarakat dan perekonomian negara.  Sektor Pariwisata memerlukan dukungan baik pemerintah maupun swasta guna membangun ekosistem yang menyatu dalam industri ini. 

Perhotelan, fashion, kuliner, hiburan, dan industri kreatif seperti tenun, art craft, dan budaya menjadi bagian dari industri pariwisata.  Komitmen  berbagai pihak dan kerjasama dari pemerintah pusat dan daerah guna memperbaiki insfrastruktur seperti jalan, komunikasi, sarana transportasi dan kebersihan sarana umum lainnya seperti bandara, rumah sakit, toilet umum dan keamanan serta kenyamanan diyakini akan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun internasional.

Pariwisata halal Indonesia mulai sejak 2013, namun pembenahannya belum maksimal.  Sarana perhotelan yang belum menyediakan fasilitas musholla, arah kiblat, tempat wudhu yang memadai serta restoran yang memiliki sertifikasi halal menjadi salahsatu indikator bagi industri pariwisata halal. 

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dunia, Indonesia hanya menjadi pasar dan bukan pemain dari produk halal.  Hal ini terlihat dari indikator Global Islamic Economic dimana Indonesia tidak termasuk dalam 10 negara memiliki produk Halal Food.  Masih sedikit produk yang memiliki sertifikat halal disebabkan biaya untuk mengurus sertifikasi halal bagi pelaku UMKM tidak murah.  Perlu upaya untuk memberikan informasi dampak dari keberadaan sertifikat halal akan memberikan value added dari produk tersebut.  Dari aspek perlindungan konsumen, ketiadaan informasi halal akan melanggar hak konsumen yang membutuhkan produk halal dalam hal ini baik muslim maupun non muslim. 

Pengembangan pariwisata halal tentunya memerlukan sinergi dari berbagai pihak.  Political will yang kuat dari pemerintah sangat dibutuhkan seperti kampanye yang masif dan melakukan koordinasi lintas otoritas.  Kunci sukses pengembangan pariwisata halal tidak dapat dilakukan sendiri, namun harus sejalan dengan pengembangan industri ekonomi dan keuangan syariah selain juga memanfaatkan competitive advantage yang ada pada setiap wilayah Indonesia.  Pemberdayaan pesantren dan UMKM serta berkoordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait untuk mewujudkan berbagai program guna mempercepat momentum pengembangan industri pariwisata halal. 

Wilayah Indonesia sangat luas dengan keanekaragama flora dan fauna, kekayaan alam, wisata bahari dan bawah laut yang menakjubkan serta keberagaman budaya dari setiap daerah membutuhkan upaya promosi yang masif. 

Pembebasan visa masuk yang dilakukan pemerintah merupakan upaya menarik minat wisatawan asing. Selain itu melalui pemanfaatan sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi guna melakukan promosi yang harapannya tentu berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan.  Selanjutnya pemberdayaan masyarakat setempat dengan melibatkan masyarakat melalui berbagai pelatihan seperti memasak yang halal dan hiegienis, pemandu wisata yang tersertifikasi, serta upaya  meningkatkan kreativitas masyarakat yang akan berdampak pada peningkatan perekonomian.    

Era ekonomi kreatif dimana kreativitas menjadi sumber daya diyakini mampu mendorong perekonomian.  Obyek wisata perlu difasilitasi menjadi ajang promosi budaya setempat.  Budaya menjadi penentu kesejahteraan suatu daerah.  Bahkan pakar ekonomi Michael Porter menyatakan bahwa budaya dan perekonomian memiliki arti penting bagi kemajuan suatu daerah dan erat kaitannya dengan produktivits dalam arti luas yaitu bagaimana agar kelompok masyarakat mampu menelurkan ide atau gagasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline