Lihat ke Halaman Asli

Kepemimpinan Kesehatan, Kunci Pengendalian HIV/AIDS di Indonesia

Diperbarui: 2 Desember 2024   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi kepemimpinan kesehatan: kolaborasi antara tenaga medis, teknologi, dan komunitas [AI Chat GPT]

Pilkada serentak 27 November 2024 telah usai. Euforia politik kini berganti harapan besar. Pemimpin baru yang terpilih di tingkat kabupaten, kota, dan provinsi di Indonesia diharapkan membawa perubahan nyata.Namun, ada satu isu krusial yang tak boleh luput dari perhatian mereka, yaitu epidemi HIV/AIDS. HIV/AIDS masih menjadi ancaman global, termasuk di Indonesia.

Menurut data WHO, hingga Juni 2024, terdapat 503.201 Orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 351.378 ODHIV telah mengetahui status mereka, tetapi hanya 217.482 yang mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV)

Situasi HIV di Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan mencatat peningkatan signifikan kasus HIV selama lima tahun terakhir, dengan total 1.015 kasus baru. 

Kota Makassar, sebagai pusat metropolitan, menjadi daerah dengan angka tertinggi. 

Mobilitas penduduk yang tinggi, urbanisasi cepat, dan rendahnya kesadaran akan risiko HIV menjadi faktor utama penyebaran

Kepemimpinan Kesehatan yang Visioner Dibutuhkan

Untuk mengatasi epidemi ini, kita butuh lebih dari sekadar program kesehatan biasa. Kepemimpinan kesehatan yang kuat dan visioner adalah kunci.

Pemimpin daerah harus mampu memprioritaskan isu ini dengan langkah-langkah konkret yang berdampak langsung pada masyarakat.

Langkah Strategis yang Harus Diambil

1.Optimalisasi Teknologi Digital

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline