Lihat ke Halaman Asli

Full Day School Ditolak Mentah-Mentah

Diperbarui: 17 Agustus 2016   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum lama ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, mengusulkan kebijakan Full Day School (FDS) atau terkait siswa bersekolah seharian penuh. Masyarakat menolak wacana 'Full Day School' yang dicetuskan oleh Menteri yang baru menjabat setelah reshuffle 27 Juli 2016 lalu itu. Penolakan itu diantaranya dilakukan dengan membuat petisi melalui laman change.org. , 'Full Day School' justru dianggap akan melepas tanggung jawab masing-masing orang tua terhadap anaknya dengan menyerahkannnya ke sekolah. Selain itu juga akan merenggut interaksi antara anak dengan orang tua. Diharapkan pemerintah segera menyadari bahwa pilihan 'Full Day School' justru berbahaya.

Adapun yang menjadi pertanyaan masyarakat ialah dalam waktu hingga pukul 17.00 tersebut apa saja yang harus disiapkan dan diskusi jelas sangat perlu dilakukan terhadap para orang tua atau wali murid. Belum selesai kita membenahi masalah kurikulum yang kerap kali diacak-acak, sekarang muncul wacana untuk anak sekolah sehari penuh. Bagaimana jika FDS ini terjadi pada anak anda? Tentunya anak anda akan kurang bersosialisasi dengan lingkungan rumahnya.

Berbagai masukan positif pun juga bertebaran mengenai kebijakan tersebut. FDS ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran formal sampai dengan setengah hari, selanjutnya dapat diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler. Dengan begitu siswa akan dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif, seperti penyalahguaan narkoba, tawuran, dan sebagainya. Penerapan full day school juga dapat membantu orang tua dalam membimbing anak tanpa mengurangi hak anak.

Walau sudah dijelaskan dari segi posiftinya, tapi, tetap saja mayoritas masyarakat menolak wacana itu. Jika pemerintah memang berniat untuk membangun siswa untuk menanamkan karakter dan ingin siswa di Indonesia semakin cerdas, seharusnya bisa saja dengan mengubah metode pembelajarannya yang harus diperbaiki, bukan jam pelajarannya. Metode pembelajaran yang paling penting, bukan jam pelajarannya yang ditambah.

Justru metode sekolah di negara-negara maju adalah dengan mengurangi jam sekolah, tidak ada pekerjaan rumah, serta lebih mengedepankan pembangunan karakter. Dan homeschooling merupakan pilihan paling tepat dibandingkan mengirimkan anak-anak ke pendidikan yang bernama sekolah sehari penuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline