Lihat ke Halaman Asli

Kasih Sayang Ayah

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita berbicara kasih saying orang tua, kita biasanya akan lebih membahas kasih sayang ibu dari pada kasih sayang ayah. Memang kasih sayang ibu tak tertandingi. Bagaimana dengan kasi sayang ayah? Semoga ilustrasi berikut ini bisa memberi sedikit gambaran  tentang kasih sayang ayah kita.




  • Kasih Sayang Ayah

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bermain atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, setiap ayah pulang kerja dan dengan wajah yang lelah, ayah selalu menayakan pada ibu tentang keadaanmu yang kau lakukan seharian?

Pada saat engkau masih seorang anak perempuan kecil, ayah mengajarimu naik sepeda, setelah ayah menganggapmu bisa, ayah akan melepaskan roda bantu sepedamu.

Kemudian ibu bilang, “jangan duluayah, jangan dilepas dulu roda bantunya”. ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkahkamu, bahwa ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tau putri kecilnya pasti bisa.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, ibu menatapmu iba. Tetapi ayah akan mengatakan dengan tegas, “kita beli nanti, tidak sekarang”.

Tahukah kamu, ayah melakukan itu karena ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar boneka baru, dan ayah tau dy tidak bisa membelikan yang kamu inginkan.

Tahukah kamu saat itu ayah kamu merasa gagal membuat anaknya tersenyum.

Teman-teman saat kita beranjak remaja, kita mulai menuntut pada ayah untuk dapat izin keluar malam, dan ayah bersikap tegas dan mengatakan:”tidak boleh”. Tahukah kamu bahwa ayah melakukan itu untuk menjaga kita. Karena baginya, kamu sangat luar biasa berhaga.

Setelah itu kita marah pada ayah, dan masuk dalam kamar sambil membanting pintu kamar. yang mengetuk pintu dan membujukmu untuk tidak marah adalah ibu.

Dan pada saat itu ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalambatinya, bahwa ayah sangat ingin mengikuti keinginan kita, tapi lagi-lagi ayah harus menjagamu.

Teman-teman ketika kita jadi dewasa. Dan kita harus pergi kulia dikota lain,yaaaa seperti yang kita alami sekarang kita jauh deengan orangtua. Pada saat itu ayah harus melepas kita.

Tahukah bahwa badan ayah trasa kaku untuk memelukmu?

Ayah hanya tersenyum sambil memberi sedikit nasehat, dan menyuruhmu untuk berhati-hati.

Padahal ayah ingin sekali menangis seperti ibu mu dan memelukmu erat-erat.

“jadi ingat awal pergi kulia dikota lain”saat itu hari senin, tanggal 28 hanya ibu yang dapat memelukku sambil menangis, dan yang ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata disudut matanya, dan menepuk pundakku sambil berkata “jaga dirimu baik-baik”.

Ayah melakukan itu agar kita kuat.

Mungkin ibu yang lebih sering menelpon untuk menanyakan keadaanmu, tapi tahukah kamu jika ternyata ayahlah yang mengingatkan ibu untuk menelponmu.

Disaat kita butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupan kita pada saat kuliah, orang pertama yang mengerutkan keningnya adalah ayah.

Ayah pasti barusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Saatnya kita diwisuda sebagai seorang sarjana. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dan telah menjadi seseorang”

Semoga ilustrasi diatas dapat memberi gambaran tentang kasih sayang ayah kita. Serta menambah semangat untuk berbakti kepada kedua orang tua dan membalas kasih sayang Ayah kita.   :) :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline