Lihat ke Halaman Asli

irmanda nyoman

Wanita bagi Indonesia Lebih Baik

Pakaian Kerja Wanita Indonesia dari Masa ke Masa: Kebaya sampai Batik

Diperbarui: 26 Agustus 2021   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: antaranews.com

Menilik evolusi pakaian yang biasa dikenakan wanita Indonesia saat bekerja sangatlah menarik - hal ini karena dalam budaya kita, cukup ada ruang bagi wanita untuk bekerja, meski dalam tahap yang berbeda-beda sesuai nafas zamannya. 

Di masa lalu, mungkin wanita masih lebih banyak diidentikkan dengan profesi tertentu, seperti sekretaris atau perawat. Jika kita pernah menonton film Habibie & Ainun yang terambil dari kisah nyata, kita tahu bahwa perempuan di sekolah kedokteran saat itu juga belum banyak. Namun toh itu tak menyurutkan Ainun dan sejumlah perempuan Indonesia lain pada masanya untuk terus mengeksplorasi opsi-opsi yang mereka miliki di tangga karir.

Sangat umum di masa tersebut, para wanita mengekspresikan pandangan progresifnya dengan mengadopsi gaya pakaian terinspirasi Eropa untuk  berkegiatan sehari-hari. Selain itu, tipe pakaian dress Eropa seperti A-line dress atau tea dress, memang memberikan fleksibilitas ruang gerak, sehingga cocok untuk para wanita yang sibuk dengan gaya hidup dinamis. 

Bergerak lebih maju di alam kemerdekaan Indonesia, tepatnya di era 80an, kita tidak bisa tidak menyebut shoulder pads alias bantalan bahu yang mendominasi setelan kerja wanita. Konon, dekade ini dijuluki "era powerful women" karena seiring makin banyaknya wanita memasuki jenjang karir yang lebih tinggi, dan style pakaian kerja berbantalan bahu memberikan aura ketegasan tersendiri. 

Hari ini, dengan makin tipisnya tembok pembatas bagi para wanita untuk mengejar potensi dirinya yang teroptimal, kita menyaksikan kemandirian dalam berbusana yang bersifat anti-konservatif. Seorang wanita bisa menjadi CEO startup, bekerja sehari-hari dalam kaus dan celana kasual. Ada juga yang memutuskan kembali membiasakan menggunakan kebaya encim sebagai pakaian sehari-hari, untuk menonjolkan nilai kearifan lokal. Dan tentu salah satu yang paling umum, pemakaian batik. Masih ingin memakai blazer yang lebih klasik untuk berkantor? Dipersilakan juga. Sungguh menyenangkan melihat berbagai keragaman pilihan yang ada saat ini!

Salah satu contoh yang tak terlupakan, saya saksikan ketika naik bus Transjakarta di Hari Kartini - pengemudinya adalah seorang wanita yang mengenakan kebaya; tampak sangat anggun dan powerful di saat yang sama!

Beberapa waktu lalu di momen sidang MPR 16 Agustus 2021, kita juga menyaksikan Ketua DPR RI perempuan pertama di Indonesia, Puan Maharani, menjalankan tugasnya dalam balutan pakaian adat Bali. Ia tampak kontras di antara kolega-kolega pria di sekitarnya yang berpakaian lebih konvensional. 

Busana Payas Agung Bali itu ia kenakan bukan tanpa makna - itulah wujud dukungannya pada Pulau Bali, yang cukup mengalami dampak hantaman pandemi Covid19. "Ini baju saya sendiri, nggak ada desainer. saya yang pilih kainnya; ini kain Bali Sideman," tuturnya kepada para wartawan. 

Busana Payas Agung biasanya dikenakan warga Bali, terutama mereka yang berasal dari Kabupaten Buleleng, saat acara penting dan upacara keagamaan. Payas Agung yang dikenakan Puan Maharani berwarna putih, dibalut kain dengan perpaduan warna hitam, emas dan cokelat. Puan juga memakai sanggul dengan motif bunga di kepalanya. 

Penggunaan busana Payas Agung Bali oleh Puan Maharani dalam Sidang ini secara simbolik merupakan penyemangat dan dukungan bagi masyarakat Bali untuk kembali bangkit dan terus berjuang di tengah pandemi ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline