Kamis sore tahun 2019, Menko PMK Muhadjir Effendy resmi menerima setumpuk dokumen yang berisikan paparan pekerjaan Kemenko PMK selama lima tahun terakhir dari pendahulunya, eks Menko PMK Puan Maharani.
Serah terima jabatan yang dilakukan di ruang Heritage Kemenko PMK Jakarta tersebut berlangsung cukup akrab. Muhadjir sempat berbagi cerita tentang dirinya yang sempat ragu menerima tawaran tugas ini karena begitu berat tanggung jawab yang dipikul seorang Menko PMK.
Muhadjir pun mengaku berbincang panjang dengan Puan yang kini menjalankan tugas sebagai Ketua DPR RI. Setelah itu, barulah dia mantap mengemban tugas baru sebagai Menko PMK.
Mantan Mendikbud tersebut menyadari bahwa tugas Menko PMK lebih berat ketimbang tugasnya dulu di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pasalnya, Kemenko PMK membawahi delapan kementerian teknis.
"Dulu saya membantu Bu Puan hanya satu aspek saja di pendidikan. Sekarang kan lebih menyeluruh tugasnya," ucap Muhadjir.
Dalam kesempatan itu, Puan pun mengamini beratnya tugas yang diembannya dahulu. Bahkan, dia mengatakan Menko PMK setelahnya menghadapi tantangan yang kian berat.
"Apalagi, prioritas Presiden Jokowi di periode keduanya fokus membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Dan semua hal terkait SDM unggul itu ada di Menko PMK koordinasinya," ucap Puan.
Kerja dalam senyap
Satu tahun sebelumnya, yaitu pada 2018, indonesiatoday.com merilis sebuah berita yang diambil dari rilis survei Indo Barometer terhadap kinerja menteri Kabinet Kerja, khususnya yang berasal dari PDI Perjuangan.
Survei tersebut memperlihatkan, ternyata nama Puan Maharani menjadi menteri asal PDI Perjuangan (PDI-P) yang memiliki tingkat kepuasan publik paling tinggi.