Lihat ke Halaman Asli

Teologi Islam Klasik dan Fenomena Masa Kini

Diperbarui: 14 Agustus 2020   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Masuknya filsafat Yunani dengan tuntutan rasionalnya berpengaruh besar di kalangan masyarakat muslim dan menimbulkan kehausan akan pengetahuan filosofis, kegelisahan untuk menjelaskan hal-hal yang diimani, dan keinginan untuk mengkoordinasikan keseluruhan pengetahuan manusia. Walaupun suatu kenyataan yang tidak dapat kita nafikan bahwa konflik politik di kalangan umat Islam merupakan ragi yang mewarnai tumbuhnya teologi Islam di masa awal.


Hal menarik yang dapat kita kemukakan di sini, bahwa dalam perkembangannya, teologi Islam merupakan wujud respons terhadap semakin gencarnya penyebaran filsafat Yunani dan unsur-unsur ajaran luar Islam yang ikut terlibat dalam pergumulan pemikiran keislaman saat itu. Ideologi dan pemikiran-pemikiran filosofis itu sedemikian luas penyebarannya sehingga ulama' merasa perlu untuk mengantisipasi kemungkinan tercemarnya akidah umat Islam. Teologi Islam dalam pembahasannya hanya berkutat pada persoalan-persoalan langit. Kalau kita lihat dalam data sejarah, kemenangan pemikiran teologi klasik atas pemikiran kritis-filosofis seperti yang terjadi di seputar kontroversi antara al-Ghazali dan Ibnu Sina telah menjadikan pemikiran teologi seolah sebagai sesuatu yang taken for granted sehingga tidak perlu kajian dan rumusan ulang.

Adanya pembekuan yang benih-benihnya telah ditebarkan oleh al-Ghazali adalah realitas lain yang juga telah berpengaruh terhadap mandeknya pemikiran teologis dalam Islam. Di samping itu, disebabkan karena kecenderungan para ahli untuk mengikut pada para teolog awal dan juga adanya upaya penanggalan proses rasional yang dipandang sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak relevan merupakan faktor yang berperan juga dalam meneguhkan stagnasi pemikiran tersebut.

Kemajuan peradaban Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, telah menimbulkan kegelisahan para pemikir Islam kontemporer. Keprihatinan Arkoun, bersama-sama Fazlur Rahman, Muhammad Iqbal, juga Hasan Hanafi untuk batas-batas tertentu, ditimbulkan oleh persoalan mengapa ilmu-ilmu agama Islam, termasuk teologi Islam, masih berjalan di tempat, baik dari segi konstruksi epistemologi, metodologi maupun muatan isinya. Padahal kehidupan manusia telah berubah sebegitu fantastisnya di samping juga problematika dan mainstroam pemikiran kontemporer sangat berbeda dengan era klasik Islam.


Wacana pemikiran kontemporer yang saat ini sedang berkembang dan menjadi mainstream, perlu dan harus direspons secara positif-kritis terutama dalam upaya untuk menjawab berbagai problem yang sedang melanda umat Islam. Dengan demikian, teologi Islam pada abad pertama yang lebih disibukkan dengan persoalan-persoalan ghaib serta lebih banyak diwarnai oleh hal-hal yang bersifat intelektual-spekulatif sudah saatnya ditelaah ulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline