Lihat ke Halaman Asli

Tersesat di Jalan Demokrasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika jatuhnya Orde baru, semua berkeyakinan bahwa “demokrasi” adalah jembatan emas untuk merubah indonesia. Saat itu semua yakin bahwa indonesia akan maju lewat demokrasi.

Demokrasi, merupakan sesuatu yang penting karena nilai-nilai yang dikandungnya merupakan acuan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Dengan kata lain, demokrasi dianggap penting karena demokrasi merupakan “alat” yang dapat digunakan untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa Demokrasi hanya memberi peluang tetapi tidak memberi menjamin. Seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa Demokrasi hanyalah sebagai “instrumen/alat” atau “mekanisme” untuk mengantarkan kesejahteraan, jika itu berhasil, jika tidak berhasil maka terjadilah “tersesat dijalan demokrasi”

Ketika masyarakat salah dalam memahami atau membaca peta demokrasi maka demokrasi itu bukan saja menyesatkan tetapi bisa juga membunuh bangsa yang bersangkutan. Contoh : perang sipil di AS pada abad ke 18 disebabkan karena demokrasi, india sebagai negara demokrasi kedua, tapi Mahatma Gandi dibunuh karena mengusung demokrasi, Yaser Arafat meninggal karena demokrasi, ia dikira menghianati pendukungnya, karena tidak mengikuti aspirasi rakyatnya dan Soekarno hampir mati saat ditembak dicikini karena demokrasi.

Dari kejadian dan fakta-fakta diatas, dapat disimpulkan bahwa ternyata demokrasi tidak selalu berujung pada perdamaian. Oleh karena itu perlu kita renungkan bahwa ini adalah fakta.

Nilai-nilai (values) demokrasi yang antaralain dapat menjamin penyelesaian konflik secara damai, melakukan perubahan secara damai, mengakui keanekaragaman, menjamin keadilan dan kesejateraan dan lain-lain sebagainya itu ternyata hanya gombal atau tidak seindah yang dijanjikan.

Konsep demokrasi yang ideal, ketika dipahami oleh negara berkembang (yang masih rendah tingkat pendidikannya, masih rendah pendapatan perkapitanya) mereka menganggap bahwa, Demokrasi adalah segala-galanya atau yang terbaiknya terbaik. Demokrasi dipahami secara over atau berlebihan bahkan tidak realistis. Maka ketika demokrasi dipahami sebagai segala-galanya, saat itulah demokrasi menjadi sumber persoalan bangsa, sekaligus sebagai penghancur bangsa yang bersangkutan. Demokrasi itu terasa maju kedepan tetapi kenyataanya mundur kebelakang, bisa dilihat hampir setiap hari dalam layar televisi kita diwarnai wajah-wajah anggota DPR, menteri-menteri dan pejabat-pejabat lainnya yang terindikasi kasus korupsi. Forum demokrasi politik sekarang adalah forum untuk kemerosotan moral dan kebodohan politik.

Kesimpulannya, Demokrasi yang merupakan sebuah instrumen untuk menyelesaikan masalah atau menjamin perdamaian ternyata tidak selalu dapat diterima dan justru malah sebaliknya ketika peta demokrasi itu dibaca salah maka akan menimbulkan berbagai masalah. Sekali lagi, Demokrasi hanyalah “alat” yang berarti alat itu ada yang mengoperasikannya, ketika “alat” itu memang mempunyai nilai-nilai yang baik dan ideal, tetapi karena yang mengoperasikannya tidak mempunyai integritas yang tinggi maka semakin nyatalah untuk Tersesat dijalan Demokrasi. Dan ternyata menapaki jalan demokrasi itu tidak mudah, terdapat lubang-lubang. Demokrasi tidak seindah yang dijanjikan (Gombal).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline