Lihat ke Halaman Asli

Taqlit Politik

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ah, permainan tirani  yang tak berkesudahan

Rakyat bak penonton sinema romantika pengkhianatan

Tiada jelas siapa pengkhianat siapa pula yang dikhiananti

Pengkhianatan karena kepentingan pribadi yang sesaat



Hai kau para politisi

sadarkah kau?

Kau telah bertindak lancung, maka selamanya tak kan dipercaya

Murah di mulut mahal di timbangan

Mengobral janji tapi tak pernah menepati



Ngakunya orang pintar, namun tak ubahnya seperti kerbau dicocok hidung

Hilang arah karena kecintaan fatamorgana

Membela sedemikan membabi buta

Tak tahu mana salah mana benar

Yang penting di garda depan

Umara pun terjebak, hanyut arus



Tiada umpat yang dapat membunuhmu

Tiada pula puji yang mengenyangkan

Kenapa pula kau bela sang pesakitan sampai lupa daratan

Sumpahpun kau lacurkan, bahwa pesakitan karena skenario politik



Kau pintal dosa politik demi kekuasaan

Menulikan fakta bicara

Kau tak kan lapuk karena hujan

Tak akan pula lekang oleh panas

Tetapi mengapa harus kuat pada pendirian buta



Apa kau masih akan membelanya?

Mau bukti apa lagi, dua alat bukti cukup sudah

Usahlah kau mencoreng arang di muka

Demi kesetiaan yang tak terkontrol



Aku tahu, kau loyalis sejati

Tapi jangan lebay begitu, picisan

Tarung di medan yuda tanpa senjata, itu bunuh diri

Tikamlah egomu, biar tabir keadilan nyata nampak



Apa kau lupa?

Terpijak di tanah kapur putih atau tanah arang hitam tetaplah akan nampak

Dimana kau berpijak




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline