Lihat ke Halaman Asli

Sebenarnya Wanita Rela Dimadu, asal Pria Rela Diracun

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13892421981185428389

[caption id="attachment_314788" align="aligncenter" width="300" caption="dok. Inong"][/caption]

Kalimat JUDUL di atas saya dapatkan tertempel di dinding sebuah rumah makan yang berbingkai sederhana. Awal saat baca, saya nyegir kuda, wqeqeqeqeq……… ada-ada saja pemilik rumah makan tersebut, yang pasti saya tak tahu maksud dari pemilik rumah makan menempelkan kalimat yang menurut saya mengandung arti yang daleeem banget itu, hehehehe…..

Apakah pemilik rumah makan itu  korban dari madu? Atau pelaku madu? Korban yang keracunan atau pelaku (peracun), saya tak tahu pasti.

Dalam menjalin sebuah hubungan, seharusnya tak ada yang menyakiti pun tersakiti. Tetapi itu hanya teori. Prakteknya masih jauh dari harapan. Pasti ada saja persoalan yang timbul dan tak sedikit menimbulkan kekerasan.

Saya sebagai perempuan, pendapat saya ini subyektivitas saya pribadi, tak akan pernah rela diduakan.  Mungkin terkesan egois, tapi saya tak dapat membayangkan bagaimana perasaan diduakan. Sakit, pasti. Marah, tentu. Kecewa, ya iyalah. Paling tidak siapkan jurus :D

Ada sebagian perempuan yang rela dimadu, baik itu atas dasar agama atau apapun. Tapi apakah memang perempuan itu ikhlas seikhlasnya? Hanya merekalah dan Tuhan yang tahu. Tetapi mungkin secuil sakit hati ada-lah. Apalagi biasanya, istri kedua, ketiga dll masih muda, kinyis-kinyis, segar (macam buah ama sayur aja, hihi), sintal dan cling.

Sebuah hubungan bukanlah atas dasar nafsu (negative) belaka tetapi bagaimana dalam hubungan itu terjalin saling menyayangi, mengasihi dan menghargai. Bukan untuk mencari celah agar bisa menelikung pasangannya bila dirasa sudah tak ada lagi keharmonisan.

Pasangan seorang pria dan perempuan (suami-istri) laksana pakaian keduanya, saling menampakkan kebaikan dan menutupi kekurangannya. Saling menjaga kehormatannya. Saling menjaga kemuliaannya. Saling menjadikannya raja dan ratu.

Jadi, kaum pria yang masih “ingin minum” madu? Siap-siaplah untuk menenggak racun dulu….

Ini hanyalah catatan sederhana dari seorang yang masih belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline