[caption id="attachment_333830" align="aligncenter" width="300" caption="JP edisi cetak (inong dok.)"][/caption]
Tararaaa, lihat aku udah ada SIM!
Ucap seorang kawan. Raut bahagia nampak jelas menghiasi wajahnya. Pertanda bahwa dia tak akan lagi kepayahan melajukan motornya sesuai alur trek ujian praktek salah satu treknya yang berbentuk angka delapan di halaman kantor Satlantas. Seingatku selama ini ia sangat kepayahan saat mengikuti ujian praktek berkendara sepeda motor. Ujian tulis dapat dia lewati dua kali ujian dan lulus. Untuk ujian praktek, entah udah berapa kali, belasan kali dan selalu gagal.
Heranlah kami, termasuk aku, kok bisa? Mengingat betapa kesalnya dia karena selalu gagal setiap melintasi trek ujian. Kadang ada nada putus asa. Setelah aku tanya, dia bercerita, entah ini rezeki buat dia karena sudah lama kawanku itu mengidam-idamkan pujaan hati, eh SIM atau semacam jalan teranglah baginya untuk memudahkan mendapatkan SIM yang sudah diidam-idamkannya, tapi yang pasti “rezeki” buat si calo,.
Saat dia menunggu giliran praktek, kawanku itu didekati oleh petugas yang bertugas membetulkan pembatas tanda lintasan ujian yang roboh apabila tersenggol sepeda motor peserta ujian. Dia ditanya sudah berapa kali ujian praktek kemudian si petugas (yang rangkap jabatan sebagai calo) menawarkan jasanya kepada kawanku itu agar bisa mendapat SIM tanpa payah-payah ujian lagi. Merasa dapat jalan, kawanku langsung menyanggupinya.
Setelah tawar menawar harga, mereka janjian untuk bertemu beberapa hari kemudian. Akhirnya kawanku mendapatkan SIM impiannya. Dan operasi bawah tanah itu tidak hanya kawanku saja yang melakukannya, banyak orang yang lebih memilih membayar daripada payah-payah ujian. Kebanyakan sih perempuan yang jadi obyek targetnya.
Kata kawanku itu, sebenarnya ia bisa mendapat peluang mendapatkan SIM secara gratis tanpa ujian trek apalagi lewat calo yaitu menunggu momen hari Kartini atau tanggal 22 Desember, hari ibu, biasa di dua momen itu para peserta ujian yang perempuan akan dipermudah mendapatkan SIM. Tapi waktu itu keadaan kawanku sudah mendesak, SIM harus ditangan segera akhirnya jalan pintaslah yang jadi pilihannya dia.
Sebenarnya di kantor Satlantas itu sudah ada simulator SIM, tetapi belum digunakan mungkin karena masih ada masalah korupsi pengadaan alat tersebut jadi belum bisa digunakan oleh para pencari SIM.
[caption id="attachment_333826" align="aligncenter" width="300" caption="Trek 8 (inong dok.)"]
[/caption]
Yang menjadi batu sandungan saat ujian biasanya trek angka 8. Harus pandai meliuk-liukkan motor mengikuti alur jalannya. Jangan keluar dari area angka delapan atau menyenggol tanda pembatas kalau tak mau gugur ujian dan harus balik dua hari lagi untuk mengulanginya.
Citra polisi akan rusak karena hanya ulah beberapa oknum saja, setitik nila rusak susu sebelanga. Selama kita berusaha maka jalan untuk mendapat SIM sesuai aturan akan berjalan dengan lancar. Bagi yang sudah berpayah ujian praktek beberapa puluh kali tapi belum juga lulus-lulus, tetap semangat dan jangan patah arang untuk menaklukkan trek satlantas.
Biaya untuk memperoleh SIM sesuai jalur pun lebih murah daripada harus lewat calo. Kalau kawanku itu biaya yang harus dibayarkan ke calo tiga kali lipat dari biaya resmi bahkan ada juga yang bayar di atas kawanku itu.
Untuk korp berbaju coklat, mari kita bebaskan calo di Satlantas eh, bebaskan kawasan Satlantas bersih dari calo yang berkeliaran mencari mangsa.
Dan, sampai saat ini akupun belum ada SIM...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H