Lihat ke Halaman Asli

Hanumi Amalyh

Akun penikmat huruf yang bukan rumus

Berhitung

Diperbarui: 6 Desember 2021   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan itu mengambil tiga per tujuh kesadaran.

Bulir-bulirnya bertebaran di sekitarku yang perlahan 

menyisir rambutnya dengan jari. 

Kami mendengar yang tak mungkin didengar.


"Hidup kita pagi nanti akan berhenti mengerjap. Barangkali, kau penyair, bisa tidak meredakannya."


Aku mengangguk ketika dia tersenyum 

dengan mata basah yang menolak karena hujan.


Sebermula pada 'kucing yang jatuh dari ketinggian',

realita kami menunggu di balik pintu. 

Melebat basah kami, 

ketika kemarin dan saat ini 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline