Lihat ke Halaman Asli

Maastricht

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_44978" align="aligncenter" width="500" caption="maastricht on summer (july 2009)"][/caption]

Kota tua di dekat perbatasan Belanda - Belgia - Luxemburg ini sangat indah sekali. Pertama kali saya kesana bersama Adyprima dan bu Nuffi ketika Januari 2009 lalu, lalu kedua bersama Ayah tercinta ketika beliau menjenguk saya summer 2009 kemarin. Waktu itu sekitar akhir bulan kalau saya tidak salah ingat, dan belanda masih juga dingin meski matahari sudah menampakkan batang hidungnya di pagi hari (maklum, winter stress or trauma akhir tahun di bulan-bulan November Desember masih terasa).

Pepatah benar sekali mengatakan "you will never loose something until you really lost it" *pepatahnya benar apa salah ya? =) Yang ingin saya tekankan disini adalah, dulu sewaktu masih di Surabaya, saya selalu mengeluh betapa panasnya matahari (karenapun saya selalu berkendaraan motor dan tak punya mobil) dan tidak bersyukur karena ternyata panas itu lebih baik dari dingin (mungkin nanti kalau saya balik di Surabaya, saya kangen juga sama winter di sini, aih aih..). Orang tak akan merasakan betapa nikmatnya panas matahari, jika belum kepentok dengan winter (seperti sekarang ini) dan bersyukur atas semua nikmat yg ada di sekitarnya. Semoga saya selalu menjadi orang yang bersyukur, aminn. Maastricht merupakan kota di selatan Belanda, dimana termasuk di Province Limburg, salah satu dari 12 Province yang ada di Belanda. Kota ini juga terkenal dengan kampusnya Maastricht University dimana terkenal dengan social studies nya (ex: law, politics). Sejak pertama kali ke kota ini, saya ketagihan mengunjungi kota kecil yg cantik ini. Selain banyak jalan2 kecil di centrum yang punya banyak bangunan tua dan unik, Maastricht juga dekat dengan Valkenburg, dimana saya mengajak ayah saya keliling benteng or Kasteel Ruin Valkenberg yang menurut saya masih lebih bagus Candi Mendut, dan masih juga kalaah kalau dibanding dengan Prambanan, apalagi Borobudur. Tapi yang saya salut adalah, bagaimana Pemerintah lokal meramu semua itu menjadi pariwisata yg layak dikunjungi, ditunjang dengan seluruh informasi yang lengkap, ada di jalan, terawat dan jelas, tanpa perlu kita bertanya-tanya sana sini, karena semua pun sudah ada petunjuknya (dan terawat, perlu dicatat). Saya pun bertanya - tanya, kapan ya Indonesia bisa begini..? enschede, 29 desember 2009 foto bersama ayah dan ady bisa dilihat di album fb saya di http://www.facebook.com/album.php?aid=29115&id=1060443408




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline