Lihat ke Halaman Asli

Irma DewiMeilinda

Writerpreneur, Bloggers, Content Creator, etc

Mengenang Peran Ki Hajar Dewantara: Sejarah Hari Pendidikan Nasional Indonesia

Diperbarui: 2 Mei 2024   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Canva

Hari Pendidikan Nasional Indonesia diperingati setiap tanggal 2 Mei untuk menghormati peran besar Ki Hajar Dewantara dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1959, pemerintah Republik Indonesia secara resmi menetapkannya melalui Keputusan Presiden RI Nomor 316. Tanggal ini dipilih sebagai bentuk penghargaan terhadap Ki Hajar Dewantara, yang juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Selain itu, bentuk penghormatan ini bersamaan dengan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara pada 2 Mei 1889.


Mengapa Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Bapak Pendidikan Nasional?

Ki Hajar Dewantara diakui sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia karena perannya yang monumental dalam membentuk dan mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa Ki Hajar Dewantara layak mendapatkan gelar tersebut.

1. Pendirian Taman Siswa

Salah satu kontribusi terbesar Ki Hajar Dewantara adalah pendirian Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Pada tanggal tersebut beliau dan kawan-kawannya mendirikan "Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa" di jalan Tanjung, Pakualaman, Yogyakarta. Beliau membuka bagian Taman Anak atau Taman Lare, yaitu satuan pendidikan setingkat Taman Kanak-kanak (Taman Indria). Taman Siswa merupakan gerakan pendidikan alternatif yang memberikan akses pendidikan kepada semua kalangan masyarakat, termasuk yang kurang mampu. Dengan mendirikan Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara membuka pintu pendidikan bagi banyak anak Indonesia yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar. Seiring perkembangan zaman, masih ada anak-anak yang putus sekolah karena berbagai alasan, salah satunya adalah faktor ekonomi. Ini menjadi tugas kita bersama untuk memperhatikan pendidikan mereka, bukan hanya seorang guru saja, tetapi orang tua, pemerintah setempat, bahkan masyarakat pun ikut terlibat. Kesadaran ini akan berdampak baik ke depannya dalam mencetak generasi emas.


Tidak sampai di situ, pada 7 Juli 1924, beliau mendirikan "Mulo Kweekshool" setingkat SMP dengan pendidikan guru (4 tahun sesudah pendidikan dasar). Pada tahun 1928 tamatan Mulo Kweekshool dapat masuk AMS (Algemene Middelbare School) setingkat SMA Negeri hampir 70%. Dengan kesuksesannya itu bangsa Indonesia tergugah semangat dan makin tebal rasa harga dirinya.


2. Filosofi Pendidikan yang Unik

Ki Hajar Dewantara dikenal karena filosofi pendidikannya yang unik. Beliau menekankan pentingnya pendidikan yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kepribadian, bukan hanya sekadar akademis. Filosofi ini tercermin dalam moto Taman Siswa, "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani", yang mengajarkan tentang pentingnya membimbing murid agar menjadi manusia yang bijaksana, mandiri, dan bertanggung jawab. Pendekatan ini menjadikan Ki Hajar Dewantara sebagai pionir dalam pengembangan pendidikan karakter di Indonesia. Apalagi di era yang serba digital ini dan kurikulum pendidikan.yang sering berubah-ubah, membuat para tenaga pendidik benar-benar bekerja keras untuk membimbing dan medidik anak-anak agar memiliki karakter yang baik, sesuai harapan Ki Hajar Dewantara.


3. Peran dalam Membentuk Sistem Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara juga memiliki peran penting dalam membentuk sistem pendidikan nasional Indonesia. Melalui ide-idenya, beliau membantu merumuskan visi dan misi pendidikan nasional yang berfokus pada pemerataan akses pendidikan, pembentukan karakter, dan pengembangan potensi individu.


4. Pengabdian Sebagai Pendidik

Ki Hajar Dewantara bukan hanya seorang pemikir pendidikan, tetapi juga seorang praktisi yang mengabdikan hidupnya untuk dunia pendidikan. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi juga memberikan teladan dan inspirasi bagi generasi pendidik selanjutnya.


Dengan demikian, atas kontribusinya yang besar dalam membentuk sistem pendidikan nasional, pengembangan filosofi pendidikan yang unik, dan dedikasinya sebagai pendidik, Ki Hajar Dewantara layak diakui sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.


Peringatan Hari Pendidikan Nasional

Setiap tahun, Hari Pendidikan Nasional dirayakan dengan berbagai kegiatan di seluruh Indonesia. Mulai dari upacara bendera di sekolah-sekolah hingga seminar dan diskusi mengenai masa depan pendidikan di tanah air. Peringatan ini bukan hanya sebagai momen untuk mengenang jasa Ki Hajar Dewantara, tetapi juga sebagai momentum untuk merefleksikan dan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.


Maka dari itu, Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei adalah momen yang penting bagi masyarakat Indonesia untuk menghargai dan mengenang peran besar Ki Hajar Dewantara dalam pembangunan pendidikan di tanah air. Melalui peringatan ini, diharapkan semangat dan nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan oleh beliau terus dijaga dan diperkuat demi masa depan pendidikan yang lebih baik di Indonesia.


Kilas Balik Awal Mula Nama Ki Hajar Dewantara

Pada 3 Februari 1928 saat berusia 40 tahun, menurut tarikh Jawa (5 windu), nama Suwardi Suryaningkat berganti menjadi Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Utomo Darmadi, Hadjar memiliki arti pendidik, Dewan adalah utusan, dan tara berarti tak tertandingi. Sehingga nama Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak Pendidik utusan rakyat yang tak tertandingi menghadapi kolonialisme. Pergantian nama tersebut merupakan sublimasi misi hidup dari "Satriyo Pinandhito" menjadi "Pandhito Sinatriyo" (Satriyo yang sekaligus bersikap laku Pandhito-Pendidik, kemudian meningkat menjadi Pandhito-Pendidik yang secara simultan berjuang untuk menegakkan keadilan dan kebenaran; misi utama Satriyo).


Fatwa dan Semboyan Ki Hadjar Dewantara

Beberapa semboyan, perlambang, dan fatwa pernah disampaikan Ki Hadjar Dewantara. Salah satu yang terkenal adalah Tutwuri Handayani. Arti dari semboyan ini adalah mengikuti di belakang sambil memberi pengaruh. Adapun maknanya adalah jangan menarik-narik anak dari depan, biarkanlah mereka mencari jalan sendiri. Jika anak-anak salah jalan, barulah pamong memberi pengaruh menuju jalan yang benar. Inilah semboyan Sistem Among.


Apalagi di era setelah beberapa tahun setelah beliau wafat, banyak sekali orang tua atau kurikulum pendidikan yang terus berganti, memaksa atau menuntut anak tidak sesuai pada kemampuan atau kemauan mereka. Akhirnya, anak-anak menjadi tertekan dengan kemauan orang tua yang mengharuskan anak di sekolah kemauan orang tua. Belum lagi tuntutan tugas dari pihak sekolah karena guru pun mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tidak jarang membuat anak-anak menjadi stress, bahkan gurunya pun ikut stress karena dikejar administrasi aturan pendidikan yang kita perhatikan begitu menguras waktu dan tenaga mereka. Harapannya, dunia pendidikan benar-benar diperhatikan kesehatan mental para siswa dan guru juga. Karena mental sehat, akan menghasilkan pemikiran yang baik pula, serta tingkah laku anak akan jauh lebih baik.


Sumber : dirangkum dari berbagai sumber informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline