Semarang -- Sejak tahun 2016, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) telah mencanangkan program Kampung Ramah Anak sebagai upaya menuju Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA). Salah satunya berada di Jalan Hasil 1 RT 5 RW 3, Kelurahan Karangtempel, Kecamatan Semarang Timur.
Sayangnya, di Kampung Ramah Anak tersebut jarang diadakan kegiatan yang menunjang pendidikan anak. Kondisi ini juga diperparah oleh dampak negatif dari kemajuan zaman dimana anak-anak kecil sudah banyak mengenal gawai dan permainan daring di dalamnya. Hal tersebut mengakibatkan pendidikan dan kehidupan sosial anak menjadi terganggu.
Masalah tersebut menjadi peluang bagi Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif IIA Universitas Negeri Semarang untuk menyelenggarakan beberapa program untuk menguatkan kembali potensi Kampung Ramah Anak tentang pentingnya pendidikan.
Dengan harapan anak-anak dapat terlepas dari gawai dan kembali menyadari bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan.
Dengan bekerja sama dengan Posko PAUD Sekar Melati, KKN Alternatif IIA Unnes mencanangkan program sanggar belajar dan bermain untuk anak. Program ini rutin dilaksanakan setiap hari Jumat dan Sabtu pada pukul 15.00 sampai 17.00 WIB.
Dalam program tersebut anak-anak diajak belajar dengan metode permainan yang menyenangkan. Materi tersebut antara lain, mengenal anggota tubuh dengan lagu anak-anak, menyanyikan lagu daerah dari setiap daerah di Indonesia, menyanyikan lagu nasional dan mengenal siapa penciptanya, memberikan pengetahuan tentang 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dan mengajak anak menciptakan barang baru dari barang bekas, serta mengenalkan kembali permainan tradisional.
"Program ini selain memberikan pengetahuan yang baru kepada anak-anak, tujuannya juga untuk mengingatkan kembali kepada mereka bahwa belajar adalah hal yang penting dilakukan sebagai bekal masa depan," ujar Anggi Miftasha sebagai penanggung jawab program.
"Nggak Cuma pemberian materi belajar saja, motivasi dan reward yang diberikan juga akan mempengaruhi terbentuknya karakter anak dalam belajar. Mereka akan lebih mudah menerima dan menikmati proses belajar. Dengan ini anak-anak yang belum pernah menjadi pernah, yang tidak tahu menjadi tahu, dan yang tidak bisa menjadi bisa."
Kegiatan ini mendapat dukungan oleh pihak Kelurahan dan para orang tua supaya dapat selalu dilaksanakan secara rutin. Antusias anak-anak juga telah terbukti dari perkembangan mereka yang mulai berani berkreasi dengan hal-hal yang lain. Semoga kegiatan ini dapat berlanjut sampai ke generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H