Sastra adalah suatu karya dari sebuah ungkapan manusia melalui sebuah tulisan maupun lisan yang didasarkan pada pemikiran, pendapat, pengalaman dan perasaan. Sastra dituangkan dalam bentuk imajinatif serta cerminan kenyataan. Dalam sastra terdapat karya sastra yang banyak sekali cakupannya, hampir semua usia dapat menikmati karya sastra. Namun dengan khusus untuk anak-anak, sastra memberikan sarana yaitu sastra anak yang dimana berbicara tentang kehidupan dan mampu memberikan informasi serta pemahaman yang jauh lebih mudah dimengerti kepada anak-anak. Buku anak dalam sastra anak adalah sebuah buku yang memandang anak sebagai pusat penceritaan dan memberikan pembelajaran moral dasar kepada anak.
Sarana sastra anak yaitu buku atau cerita anak dapat dimanfaatkan sebagai sebuah bahan pengajaran yang difasilitasi oleh sekolah-sekolah. Sama seperti karya sastra lainnya yang dapat apresiasi, cerita anak juga dapat diapresiasi oleh para penikmatnya yaitu para anak-anak. Apresiasi sastra merupakan suatu cara untuk menghargai hasil karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra dilakukan dengan mengenal, memahami, menikmati dan menilai karya sastra. Sastra anak yang menjadi sasaran utamanya adalah anak-anak, maka peran guru dibutuhkan untuk mengadakan kegiatan apresiasi sastra anak.
Menurut saya, kegiatan apresiasi karya sastra anak harus dimulai dari peran guru untuk memilih bahan pengajaran sastra. Bahan pengajaran apresiasi sastra melalui kegiatan membaca dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang atau fabel, puisi anak, syair, lagu, pantun dan drama anak. Karya sastra sebagai bahan pengajaran harusnya dipilih yang sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa anak.
Saat ini di sekolah-sekolah dasar sudah memberikan pembelajaran sastra yang juga dapat mengapresiasi karya sastra anak. Dalam pemilihan bahan ajar sastra juga harus sesuai dengan psikologi atau kematangan jiwa anak, menyesuaikan kegunaan bahasa anak, dan latar belakang kebudayaan anak. Pemilihan buku-buku bacaan anak dapat mengembangkan minat dan pengetahuan tentang perkembangan anak. Melalui cerita anak yang dibaca dengan intensif yaitu dengan memberi penjelasan mengenai judul cerita, membuat ide pokok, dan mengajukan pertanyaan, serta memberikan rincian cerita merupakan suatu hasil belajar dari sebuah apresiasi sastra.
Saat ini para guru di sekolah-sekolah dasar lebih memfokuskan para siswanya untuk dapat belajar mandiri dan menurut saya guru dapat memberikan pertanyaan yang mengerucut pada apresiasi sastra seperti pengenalan tokoh, menjelaskan tema, alur dan latar cerita yang terjadi pada cerita anak, maka anak dapat membangun pola pikir dan pengetahuan baru tentang cerita tersebut. Karena kegiatan tersebut memfokuskan pada bagaimana pola pikir sang anak yang muncul dengan sendiri setelah diberikan cerita anak dan kegiatan tersebut juga dapat juga berfokus tentang bagaimana berdirinya pengalaman anak melalui penghayatan cerita secara mandiri serta anak dapat memberikan penafsiran dari isi karya sastra tersebut sesuai dengan apa yang didapatkan secara mandiri.
Pembelajaran apresiasi sastra di sekolah adalah pembelajaran khusus untuk guru karena pembelajaran sastra penting bukan hanya melatih keterampilan berbahasa namun lebih pada pembelajaran sastra membentuk dan mengembangkan moral siswa tentang kehidupan. Guru memanfaatkan cerita anak dalam media massa anak atau buku cerita anak sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra. Pemanfaatan cerita anak dapat dilakukan dengan merancang program pembelajaran memberikan kebebasan pada anak untuk berinteraksi langsung dengan sastra dan memberikan tanggapan personal terhadap cerita.
