Lihat ke Halaman Asli

Hama Baru Bernama Hoaks

Diperbarui: 22 Januari 2019   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Radar Solo/Angga Purenda)

Musuh dan tantangan petani itu tidak kurang-kurang jumlahnya. Mulai dari perubahan iklim, cuaca, curah hujan, panas matahari, penyakit, hingga hama. Dan kini, petani kita kedatangan musuh atau hama jenis baru bernama hoax atau kabar bohong.

Musuh jenis baru itu muncul beberapa waktu lalu, sewaktu seorang politikus di negeri ini berkata bahwa terjadi banjir beras impor di beberapa daerah. Kondisi itu menyebabkan petani-petani sedih karena beras yang mereka hasilkan dengan jerih lelah, kalah bersaing oleh produk luar negeri. Untung saja, kisah yang seolah memilukan itu, ternyata palsu.

Para petani yang merasa nasibnya dijadikan komoditas politik itu tidak tinggal diam. Mereka angkat bicara, dan menolak informasi dari mulut politikus tadi. Salah satunya terjadi di wilayah Klaten, Jawa Tengah. Pekan lalu, para petani di sana menggelar aksi jalan kaki sambil mengusung karung bertuliskan "Hoax" dan "Beras Impor".

Hama hoax (meme edit pribadi)

Sumber

Salah satu peserta aksi mengatakan aksi itu digelar murni dari para petani di Klaten menanggapi pernyataan seorang politikus soal banjir impor beras di Klaten. Karena sudah jelas, tak ada beras impor yang masuk ke Klaten. Justru sebaliknya, pada 2018 di Klaten surplus 131.000 ton beras.

Mereka justru tidak sudi makan nasi yang bukan hasil jerih lelahnya sendiri. Produksi padi petani di Klaten itu untuk dikonsumsi sendiri, dan sisanya didistribusikan ke daerah lain. Para petani itu pun meminta elite politik hati-hati bicara. Jangan asal ngomong karena mereka sudah bersusah payah berusaha mengolah sawah demi produksi pangan hasil tani.

Komoditas politik (meme edit pribadi)

Petani kita memang sangat rentan dipolitisasi. Sebelum menjadi objek dari kabar bohong semacam tadi, petani kita sudah sering menjadi objek kebohongan para politisi. Mulai dari janji-janji palsu di saat kampanye, sampai program-program manis yang tak jelas realisasinya.

Mempertimbangkan besarnya jasa para petani dalam menghasilkan produk pangan untuk kita sehari-hari, harusnya semua pihak berhenti menjadikan mereka sebagai komoditas politik. Apalagi sebagai batu loncatan untuk pencitraan. Justru petani harus menjadi tumpuan dari semua program, karena kedaulatan pangan adalah mutlak untuk ketahanan suatu negara. Semoga kita semua belajar dari sini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline