Lihat ke Halaman Asli

Irma Muthiah Saleh

Guru/Hidaytullah Balikpapan

Ada Rindu di Sini

Diperbarui: 8 Agustus 2024   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini terhitung satu bulan satu hari putra kecilku berada nun jauh di sana, di seberang lautan. Tekadnya yang bulat untuk menuntut ilmu meski harus terpisah jauh dari orang tua membuatku harus ikhlas melepasnya. Membiarkannya mengejar mimpi, menjadi seorang Hafizh. 

"Ibu boleh pegang tangannya." Suaranya lirih menembus malam. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya. Namun terasa sebuah bilah menyayat ketika tangan mungilnya menarik tangan kananku dan melingkarkan ditubuhnya yang sedang terbaring di sampingku. Air mata pun tak terbendung. Kupeluk tubuh mungil anakku, hingga sejenak aku larut dalam suasana yang   menyesakkan.  Suasana yang selalu saja mengundang tangis ketika aku mengingatnya.

Berat bagi seorang ibu membiarkan anaknya  terpisah jauh. Ada rasa rindu, pasti. Ini hal yang sangat wajar. Ibu siapa yang tidak rindu terhadap buah hatinya. Ada rasa khawatir, tentu. Ini pun hal yang biasa bagi orang tua yang anaknya berada jauh. Orang tua mana yang tidak merasa khawatir dengan anaknya yang masih kecil namun sudah harus berada di tempat yang jauh darinya. Namun adakah rasa rindu dan khawatir itu menjadi penghalang untuk anaknya meraih mimpi. Apakah ia harus berbalik dan berhenti mengejar mimpinya karena sikap dari orang tuanya. 

Inilah yang harus diperjuangkan oleh para orang tua, khususnya yang anaknya memutuskan untuk belajar jauh demi mengejar mimpinya. Berjuang untuk melawan rasa itu sehingga anak-anaknya pun merasa tenang dan senang belajar di tempat barunya.

Berjuang mengubah rasa rindu dan khawatir menjadi  energi positif yang melahirkan semangat untuk bekerja sehingga mampu menunaikan tanggung jawabnya sebagai orang tua. 

Berjuang untuk memperbaiki kualitas diri  sehingga dampaknya pun akan terpantul kepada anak-anaknya meskipun mereka berada di tempat yang jauh. Orang tua yang sehari- harinya melakukan kebaikan-kebaikan, maka dampaknya pun akan terlihat pada anak-anaknya. Dari lisan mereka senantiasa terselip do'a untuk kebaikan anak-anaknya. Dari kerja keras mereka diperoleh harta-harta yang halal sehingga kebutuhan anaknya pun terpenuhi. Iya ridho menitipkan anaknya dididik oleh guru dan para guru pun ridho mendidik anak-anak mereka. 

Dari sinilah harapan akan hadir keberkahan dan pertolongan dari Allah SWT. Semoga kita menjadi orang tua-orang tua terbaik bagi anak-anak kita yang sedang berjuang mengejar mimpinya menjadi orang-orang baik. Orang-orang yang mereka mencintai Allah SWT dan Allah SWT pun  mencintai mereka. Dari anak-anak seperti inilah akan senantiasa terucap doa-doa tebaik untuk kedua orang tuanya. Semoga kita dan anak-anak kita termasuk dalam golongan generasi terbaik, sebagaimana dalam QS Al Maidah ayat 54. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui."

Balikpapan, 8 Agustus 2024

At the meeting room of DP3

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline