Malam semakin larut sesosok tubuh mungil duduk termenung di bawah sebuah payung taman dalam pancaran sinar lampu berbentuk bulan sabit dan bintang yang dipesan khusus oleh panitia. Yah itu adalah malam terakhir dalam rangkaian kegiatan Camping Akbar yang digelar dalam rangka peringatan hari santri.
"Hai, ngapain duduk sendirian di sini. Tenda anti di mana?'
"Di deretan kedua ustadzah," jawabnya dengan suara yang hampir tercekat.
"Kenapa malam-malam masih di luar. Nama anti siapa dan dari unit mana?" tanyaku beruntun karena memang tidak hafal dengan nama-nama semua santri. Ada ratusan anak yang belajar di pondok tempatku bekerja.
"Lina!"Jawabnya singkat.
"Ada apa, kok kelihatannya sedih?" Tanpa menunggu jawabannya aku ajak dia berfoto.
"Berfoto yuk. Nanti fotonya ustadzah kirim ke umminya Lina."
"Bener ustadzah?" kejar Lina seolah tak percaya.
"Iya, ayo duduknya yang manis, sambil tersenyum".
"Nah gitu. Cantik!" seruku yang membuatnya beranjak mendekat ingin melihat gambar dirinya.
"Beneran ustadzah mau kirim ke ummi".
"Iya, berapa nomor hp ummi anti?" Dengan fasih dia menyebut satu persatu nomor hp umminya bersamaan saya menyimpannya dan ...
"Yap, selesai, foto Lina dah terkirim."
"Sekarang Lina balik ke tenda ya!"
"Baik ustadzah jazakillah," ucapnya diiringi senyum manis sambil mencium tanganku. Sejenak kemudian diapun berlalu, bergegas menuju tenda nomor dua.
Hampir sebulan setelah malam itu aku tidak melihat Lina. Kesibukannya belajar dan mengikuti aktifitas pondok dan aktifitas aku sendiri yang sebagian besar di dalam ruangan membuat kami tidak pernah lagi bertemu. Aku pun larut dalam rutinitas pekerjaan kantor yang menyita sebagian besar waktu dan perhatianku. Sosok Lina yang kutemui di malam kegiatan itu pun tidak pernah terlintas lagi dalam pikiran.