Lihat ke Halaman Asli

IRMA CAHYANI MALAU

Dentistry student of Universitas Jember

Jalan Jawa dipenuhi Pedagang Kaki Lima, Mahasiswa UNEJ: Macet Lagi, Macet Lagi

Diperbarui: 8 Juni 2024   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keadaan Jalan Jawa di sekitar Universitas Jember. Foto: Dokumentasi pribadi.

Kawasan Universitas Jember diapit oleh empat jalan, yakni Jalan Jawa, Jalan Kalimantan, Jalan Mastrip, dan Jalan Riau. Sayangnya, jalan yang seharusnya lancar dan tertib justru berubah menjadi kemacetan karena adanya para pedagang kaki lima di sepanjang trotoar. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang merasa terganggu dan mendesak pemerintah untuk dapat menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan kampus yang seringkali memadati kanan dan kiri jalan. Laporan dari masyarakat yang ada telah diterima oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Jember. Menurut masyarakat, kepadatan lalu lintas yang terparah berada di Jalan Jawa, terutama pada jam keberangkatan dan pulang sekolah / jam berangkat dan pulang kerja. Menyikapi hal ini, pemerintah melakukan uji coba skema Sistem Satu Arah (SSA) pada keempat jalan tersebut di jam-jam tertentu. Uji coba pertama skema SSA dilakukan di Jalan Jawa pada tanggal 2 Oktober 2023, kemudian diperluas ke Jalan Kalimantan, Jalan Mastrip, dan Jalan Riau ditanggal 10 Oktober 2023. Pada penerapannya, skema SSA dilakukan pada pukul 06.00 -- 08.00 WIB dan pukul 16.00 -- 18.00. Tujuan dilakukannya skema ini untuk mengurangi kepadatan lalu lintas yang terjadi pada jam sibuk, terutama pada jam keberangkatan sekolah dan jam pulang kerja.

Skema ini mendapat beragam respon dari masyarakat. Beberapa pihak menilai sejak diberlakukannya SSA, kondisi area jalan di kawasan kampus di Jember menjadi lebih sepi. Teraturnya arus lalu lintas yang terpantau membuktikan jika skema SSA berhasil mengurangi terjadinya kemacetan di empat jalan kawasan kampus. Namun, beberapa pihak lainnya menyatakan keberatan karena harus menempuh jarak yang lebih jauh ketika ingin berangkat ke kampus atau saat berangkat kerja ketika ingin melintas atau menuju ke Jalan Jawa. Pihak yang sangat terdampak akibat pemberlakuan skema SSA adalah driver ojek online. Menurut driver ojek online, pemberlakukan SSA merugikan karena rute yang tertera di dalam aplikasi masih tidak bisa untuk menyesuaikan dengan kebijakan tersebut. Sehingga pada saat driver ojek online mendapatkan pesanan dari para pelanggan, ongkos perjalanan yang terhitung masih dengan sistem jarak terdekat. Padahal, ketika proses penjemputan dan pengantaran, driver harus bisa mengambil jalur memutar yang cukup jauh saat pemberlakuan SSA. Memutar jalan yang cukup jauh juga membuat banyak pengendara yang nekat untuk melawan arus, sehingga dapat berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Setelah dilakukan analisa dan pengkajian, skema SSA dinilai gagal untuk mengatasi kemacetan pada empat jalan tersebut. Bisa dikatakan jika kemacetan menjadi masalah serius yang harus segera dipecahkan. Tidak hanya skema SSA, nyatanya pemerintah telah mencoba beragam skema dan opsi untuk mengatasi kemacetan tersebut. Sayangnya, beragam opsi tersebut masih tidak membuahkan hasil nyata. Opsi tersebut antara lain pengaktifan kembali Bundaran Mastrip dan upaya penataan jalan.

Banyak orang berpendapat jika kemacetan yang terjadi pada jalan tersebut diakibatkan oleh pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang trotoar. Terlebih pada pedagang kaki lima yang berjualan di Jalan Jawa menyebabkan penyempitan ruas jalan sehingga terjadi kemacetan lalu lintas. Tidak sedikit juga masyarakat yang mendesak pemerintah untuk bisa menertibkan para pedagang di kawasan kampus. Desakan yang terus menerus, membuat Kasatpol PP Pemkab Jember Bambang Saputro angkat bicara. Bambang menyatakan jika Pemkab Jember sudah berencana untuk melakukan relokasi pedagang kaki lima yang berada di kawasan kampus. Namun sampai saat ini, rencana tersebut masih tidak bisa dilaksanakan, karena tidak adanya lahan yang dapat dijadikan sebagai tempat relokasi pada pedagang kaki lima. Bambang juga menambahkan, jika Universitas Jember memiliki lahan kosong yang masih tidak dimanfaatkan secara maksimal, maka bisa dilakukan kerjasama dengan Pemkab Jember untuk menjadikan lahan tersebut sebagai tempat relokasi pedagang kaki lima. Sebab, mayoritas pelanggan dari pedagang yang berjualan di kawasan kampus adalah mahasiswa Universitas Jember.

Tetapi jika diusut lebih dalam, penyebab kemacetan yang terjadi di Jalan Jawa dapat diakibatkan oleh beberapa hal. Memang dari segi luasnya, Jalan Jawa dapat menampung hingga empat kendaraan berjajar di saat bersamaan. Sayangnya di Jalan Jawa, terdapat dua sekolah yang memiliki ratusan siswa. Sekolah tersebut yakni SMAN 2 Jember dan SMPN 3 Jember. Selain itu, terdapat gedung Dispendukcapil yang tiap harinya dapat melayani ratusan warga Jember dalam pengurusan dokumen. Mahasiswa Universitas Jember serta puluhan kendaraan anggota DRPD juga menjadi penyebab lainnya mengapa terjadi kemacetan di Jalan Jawa.

Pemerintah harus cepat tanggap untuk menyelesaikan kemacetan yang terus terjadi ini. Tentu dalam mengatasinya, pemerintah harus melakukan analisis yang baik, sehingga skema atau opsi yang diberikan tidak memberatkan atau memberikan dampak negatif pada sebagian pihak. Selain itu, masyarakat juga harus mengurangi ketergantungan pada pemakaian kendaraan pribadi dan mendorong peralihan ke moda transportasi yang lebih berkelanjutan. Pendekatan semacam ini memerlukan kerja sama dengan pemerintah yang menyediakan transportasi publik memadai di kawasan tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kemauan dan kesadaran masyarakat dalam menggunakan transportasi publik dengan meningkatkan layanan bus. Sehingga dapat mengakomodasi para pemudi yang terkena dampak kemacetan jalan.

Jika pemerintah masih tidak memberikan solusi konkrit, para pengguna jalan dapat menggunakan beberapa tips di bawah ini:

  1. Menggunakan teknologi arus lalu lintas, sehingga dapat memantau serta mengantisipasi jalan mana yang macet dan tidak macet.
  2. Berangkat lebih awal, yang mana memanfaatkan situasi sebelum orang-orang beraktivitas di pagi hari. Sehingga lalu lintas akan menjadi lebih linggar dengan sedikit kendaraan.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline