Lihat ke Halaman Asli

Kencani Rindu

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Irhyl R Makkatutu

sepasang kunang-kunangsedang bercinta di kepalanya

antarkannya temui kenangan

meski hujan ingin tiadakannya

ia benci derasnya hujan yang riuh

membawa petaka pada sunyinya yang binar

kabut turun selimuti matanya

merampas cintanya yang baru beranjak

hujan geledah seisi hatinya senak

kopi hitam tanpa gula diseruput dengan pejam mata

pahit itu hidup

berubah kematian

yang berjalan tertati

menuju Bawakaraeng

kunang-kunang serupa lampu hias

di tepi ranjang

bukti rindunya yang mulai cemari sadarnya

di malam gigil cekam

kabut menari di jendela

ketuki pintu rumah

ia kehilangan keberanian

di sebilah badik warisan

di pucuk daun cengkeh

ia melayang

membawa foto hitam putih ukuran pelukan

ia merasa kembali muda

Rumah kekasih, 10 Mei 2015



Cat: Di muat di Harian Go Cakrawala, Sabtu, 23 Mei 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline