Lihat ke Halaman Asli

MSG, Musuh atau Sahabat Anak?

Diperbarui: 28 November 2017   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebiasaan mengonsumsi makanan jajanan sangat popular dikalangan anak sekolah. Biasanya makanan jajanan yang mereka sukai adalah makanan dengan warna, penampilan, tekstur, aroma dan rasa yang menarik. Rasa yang menarik tersebut berasal dari komponen bumbu yang terkandung dalam makanan jajanan. Salah satu bumbu penguat rasa yang menjadi incaran keuntungan para pedagang makanan jajanan adalah Monosodium Glutamat. Selain harga yang terjangkau, Monosodium Glutamat merupakan penguat rasa sehingga membuat makanan lebih enak.

Monosodium Glutamat (MSG) sudah lama digunakan diseluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam amino, dikarenakan MSG dapat menambah kenikmatan rasa makanan. Monosodium Glutamat (MSG) berasal dari asam glutamat merupakan Asam amino non esensial yang dapat dijumpai secara berlimpah pada bahan segar di alam. Rata-rata konsumsi MSG di Indonesia sekitar 0,6 g / , atau 0,3-1,0  g / hari di negara industri.

Tentu banyak sekali akibat yang ditimbulkan karena terlalu banyak mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung MSG. Bukti bahwa MSG merupakan penyedap makanan yang berbahaya adalah percobaan yang dilakukan Shimizhu pada tahun 1971 yaitu anak ayam yang diberi air minum mengandung MSG dan menyebabkan anak ayam mati karena kerusakan ginjal. Percobaan lain dilakukan oleh Snapir pada tahun 1973 melaporkan bahwa anak ayam sudah diberi MSG, jumlah sel otaknya berkurang 24% dibanding dengan anak ayam normal tanpa diberi MSG.

Mengacu pada kenyataan-kenyataan yang ada, kita bisa menimbang-nimbang untung dan ruginya menggunakan MSG dalam makanan sehari-hari. Satu hal yang sudah nyata, MSG bisa menimbulkan gejala alergi atau keracunan yang disebut Chinese Restaurant Syndrome, pusing, mual, dan menimbulkan sakit pada daerah dada seperti terserang jantung.

Dari realita yang ada, konsumsi MSG di Indonesia sangatlah tinggi. Rata-rata penjual jajanan anak-anak yang biasanya menjualkan dagangannya di pagar-pagar SD mengandung MSG. Melihat dampak yang ditimbulkan dari MSG, sebaiknya kita menghindari makanan yang mengandung MSG. Yang menjadi fokus kegiatan kami yaitu konsumsi MSG pada anak-anak. 

Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus kita jaga tumbuh dan kembangnya. Sudah terbukti bahwa MSG dapat menurunkan daya ingat dan berkurangnya jumlah sel dalam otak. Tentu hal tersebut sangat membahayakan jika akan terus terjadi di Indonesia, khususnya bagi anak-anak.

Oleh karena itu, sebagai keluarga dan kerabat dekat dari anak, sebaiknya kita harus aktif mengingatkan supaya anak tidak lagi jajan sembarangan di luar sana. Sebagai gantinya, orang tua bisa mengganti dengan membawakan bekal makanan untuk anak dengan bahan dasar yang sehat dan segar. selain untuk kesehatan anak, membawakan bekal juga bisa menambah kedekatan antara orang tua dan anak. Selain itu, komunikasi yang terjalin juga semakin akrab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline